Kisah Kyai Pamungkas

Kisah Nyata: CHENG HO, SANG RAJA SAMUDERA

Kisah Nyata: CHENG HO, SANG RAJA SAMUDERA

TERLAHIR DARI KELUARGA MUSLIM YANG TAAT. KARENA KEKEJAMAN POLITIK, SAAT MASIH KANAK-KANAK DIA SUDAH DIKEBIRI. NAMUN, KEPAHITAN INILAH YANG KEMUDIAN MENGUKIR NAMA BESARNYA…

 

COBALAH periksa buku paket sejarah dunia milik putera-puteri Anda. Di dalamnya pasti berkibar namanama Bartholemeus Diaz, Marco Polo, Vasco da Gama, atau Christopher Columbus. Kesemua nama itu dikenal sebagai pelaut kelas dunia nomor wahid. Adakah nama Cheng Cho terselip di dalamnya? Tentu saja takkan pernah bisa kita temukan.

 

Padahal, Laksamana Cheng Ho-lah yang lebih pantas disebut sebagai Raja Samudera Sejati. Coba bandingkan dengan pelayaran Bartholemeus Diaz yang terkenal itu yang hanya menggunakan tiga kapal jenis Caravel yang bermuatan 170 orang. Bahkan, Christopher Columbus, yang memulai pelayaran 3 Agustus 1492, juga hanya menggunakan 3 kapal dengan total jumlah awak kapalnya hanya 104 orang.

 

Bandingkan dengan armada Cheng Ho yang mencapai 357 kapal dengan 27.800 awak. Bahkan, dari kesemua kapal itu, 62 di antaranya berukuran raksasa atau yang disebut Jung, dengan panjang 132 meter dan lebar 54 meter.

 

Cheng Ho berangkat dari Nanking pada 15 Juli 1405 atas perintah misi kerajaan dari Kaisar Yung Lo atau Zhu Di dari dinasti Ming. Berarti, perjalanannya mendahului 87 tahun dari Columbus.

 

Selama 28 tahun, Laksamana Cheng Ho menjelajahi dunia. Mulai dari daratan Cina, Semenanjung Malaka, Indonesia (Sumatera, Jawa), India, Jazirah Arab, hingga ke Mogadisu di Afrika Timur. Tak urung, sekitar 30 negara yang telah dia singgahi. Dan, itu dilakukan selama tujuh kali pelayaran.

 

Sebagian kecil bukti kebesaran Cheng Ho tersebut diungkapkan oleh sejarahwan amatir bernama Gavin Menzies, seorang pensiunan Komandan Kapal Selam Angkatan Laut Inggris. Secara swadaya, Menzies melakukan napak tilas di 120 negara dan menggeledah lebih dari 900 museum dan perpustakaan. Dia pun mengorek data otentik pada para ahlinya.

 

Hasil jerih payah serius itu lalu dibukukan dengan tajuk “1421 The Year China Discovered the World” yang telah diterbitkan pada November 2002. Dalam buku itu, Menzies mengungkapkan bahwa Cheng Ho-lah yang pertama kali menemukan Benua Amerika, bukan Columbus.

 

Tulis Menzies: Columbus justru berlayar dengan panduan peta lama buatan Cina.

 

Peta itu diyakini buatan para pelaut Cina sebelumnya. Hal ini diperkuat oleh peneliti lain, Cedric Bell, yang menemukan reruntuhan kota kuno di Cape Breton, Nove Scotia, pantai Timur Kanada. Kawasan itu ternyata memiliki tembok keliling dengan arsitektur Cina. Temuan ini kemudian disebut Nova Cataia atau New Cathay.

 

Sebenarnya, siapakah Laksamana Cheng Ho?

 

Dalam Ming Shi (sejarah dinasti Ming), Cheng Ho hanya disebut berasal dari provinsi Yunnan, dan dikenal sebagai kasim San Bao. Meski sebagai seorang bahariwan besar, namun Cheng Ho kurang “dianggap” oleh para sejarawan dinasti feodal Thiongkok.

 

Hal ini lantaran Cheng Ho adalah seorang kasim (orang yang dikebiri). Yang pada masa itu, kasim adalah golongan yang tidak begitu dihargai di Thiongkok. Catatan biografi Cheng Ho dilengkapi dari silsilah keluarga besar marga Ma.

 

Menurut silsilah itu, Cheng Ho adalah keturunan ke-35 Nabi Muhammad SAW. Tetapi, menurut para pakar sejarah, keterangan itu masih menjadi perdebatan. Cheng Ho lahir dengan nama Ma He pada 1371, di desa He Dai, kabupaten Kunyang, propinsi Yunan, dari marga Ma atau Cheng.

 

Marga Ma adalah sebutan dalam bahasa China untuk Muhammad. Ayah Ma He adalah pejabat desa He Dai bernama Ma Haji, seorang muslim yang telah menunaikan ibadah haji sebagaimana kakek buyutnya. Sedang Ibunya bermarga Oen.

 

Keluarga besar marga Ma atau Cheng adalah penganut agama Islam yang taat. Tidak heran, kalau Ma He sering mendengar cerita ayahnya tentang perjalanan naik haji dengan kapal layar selama berminggu-minggu. Mungkin perjalanan ayahnya itu turut memberi inspirasi baginya di kemudian hari.

 

Ayah Ma He wafat pada 12 Agustus 1382 dalam usia 37 tahun, sebagai korban invasi dari pasukan Ming Thai Chu. Pasukan itu juga menawan banyak pemuda dan anak-anak, termasuk Ma He, dan dibawa ke Nanjing. Dengan kejam dan keji, mereka dikebiri. Pada umur 12 tahun itulah Ma He telah menjadi kasim, atau orang yang dikebiri.

 

Tidak lama kemudian, Ma He diserahkan oleh Zhu Yuanzhang, kaisar pertama dinasti Ming, untuk dijadikan pelayan bagi puteranya yang ke-4, Zhu Di yang akhirnya dikenal sebaga Pangeran Yan.

 

Sejak itu, Ma He memanfaatkan segala fasilitas untuk banyak belajar. Dalam kurun waktu 20 tahun, Ma He kemudian telah menjac kepala ajudan pangeran dan pengatur utama siasat perang dalam pemberontakan selama 3 tahun melawan Kaisar Zhu Yunwen.

 

Pemberontakan ini mengantar Zhu Di naik tahta. Dan pemerintahan baru itu dia mencanangkan apa yang disebut sebagai Era Yongie. Pada 1 Januari 1402, Ma He mendapat nama baru menjadi Cheng dari Kaisar Zhu Di.

 

Karena kegagahan dan keberaniannya dalam peperangan di Chenglumba dekat Beijing, dia kemudian dipilih memimpin satu kesatuan angkatan laut terkuat pada masa itu.

 

Menurut Gavin Menzies, pelayaran Cheng Ho yang pertama berlangsung tahun 14051407. Negeri-negeri yang dikunjungi di antaranya, adalah: Campa, Jawa, Aceh, Malaka, Kalkuta, Sri Lanka, Malabar, dan Palembang. Salah satu peristiwa penting dalam pelayaran pertama Cheng Ho itu adalah ketika mendarat di Majapahit pada 1406.

 

Ketika itu, terjadi perang saudara antara Wirabumi, penguasa Blambangan, dengan Wikramawardhana, Raja Majapahit. Dalam kekacauan itu, 170 awak kapal Cheng Ho terbunuh oleh pasukan Wikramawardhana.

 

Setelah kejadian itu, Wikramawardhana mengirim utusan untuk meminta maaf kepada Kaisar Zhu Di dan dinasti Ming atas peristiwa yang tidak sengaja itu. Kaisar Zhu Di meminta ganti rugi sebanyak 60.000 tail emas.

 

Pada pelayaran pertama itu juga, dalam perjalanan kembali ke Thiongkok armada Cheng Ho singgah di Palembang. Armada Cheng Ho yang bermuatan barang-barang berharga itu pun menjadi incaran bajak laut tersohor di Asia Tenggara kala itu, yang dipimpin oleh Chen Zhuyi.

 

Kawanan bajak laut yang beranggotakan 5000 orang itu, bermarkas di Palembang. Mulamula Cheng Ho memperingatkan Chen untuk menyerah, dan Chen pura-pura menurut. Tetapi sebenarnya Chen sudah menyiapkan serangan. Maksud jahat itu dilaporkan oleh seorang informan yang bernama Shi Jinging.

 

Cheng Ho pun memasang strategi, dan akhirnya kawanan bajak laut itu dengan mudah dihancurkan. Chen ditawan untuk dibawa ke Thiongkok, dan akhirnya dia dihukum mati.

 

Pelayaran kedua berlangsung pada 14071409. Kali ini armada Cheng Ho singgah di Campa, Jawa, Siam, Malaka, Aceh, Cochin, Ahmadabad, Kalkuta, dan Sri Lanka. Dalam pelayaran kedua ini, Cheng Ho kembali mengunjungi Majapahit, dan Wikramawarhana telah menyerahkan 10.000 tail emas, yang berarti masih kurang 50.000 tail emas sesuai dengan janjinya.

 

Karena itu, Menteri Protokol Dinasti Ming menyarankan agar Wikramawardhana dijebloskan ke penjara. Tetapi, Kaisar Zhu Di menghapus segala utang emas itu, karena Wikramawardhana sudah mengakui kesalahannya. Karena itulah, Cheng Ho tidak melakukan pembalasan.

 

Pelayaran ketiga dilakukan pada 1409-1411. Negeri-negeri yang disinggahi adalah, Campa, Jawa, Malaka, Siam, Aceh, Sri Lanka, Ouilon, Cochin, Kalkuta, Malabar dan Ahmadabad. Ketika di Sri Lanka pasuka Cheng Ho membantu warga yang beragama Hindu yang berperang dengan orang Sinhala yang beragama Budha. Ini terjadi lantaran beberapa awak armadanya yang turun ke darat diserang oleh orang Sinhala.

 

Ikut campurnya Cheng Ho menghasilkan resolusi perdamaian yang dipahatkan pada prasasti berbahasa Cina, Tamil, dan Persia.

 

Pelayaran keempat, berlangsung pada sekitar 1413-1415, negeri-negeri yang disinggahi meliputi: Campa, Jawa, Palembang, Malaka, Pahang, Kelantan, Aceh, Sri Lanka, Cochin, Kalkuta, bahkan menyeberangi laut Arab dan singgah di Hormuz, diteruskan ke Semenanjung Arab dan singgah di Aden, dan rute terakhir ke Mogadishu di Afrika Timur.

 

Ketika di Aden, Sultan setempat menghadiahkan binatang eksotis seperti zebra, singa, dan burung unta.

 

Pelayaran kelima berlangsung pada sekitar 1417-1419, dengan mengunjungi Campa, Jawa, Palembang, Malaka, Pahang, Aceh, Sri Lanka, Cochin, Kalkuta, kepulauan Maladewa, Aden, Mogadishu, Barawe, hingga Malindi.

 

Pada pelayaran kelima ini pula, Cheng Ho menyempatkan diri menunaikan ibadah haji di Mekkah dan berziarah ke makam Nabi Muhammad SAW.

 

Sedang pelayaran keenam berlangsung sekitar 1421-1422. Kali ini singgah di negeri-negeri Campa, Siam, Aceh, Malaka, Bengali, Hormuz, Aden, Jofar, Barawe, Mogadishu, kepulauan Maladewa, Kalkuta, Cochin, dan Sri Lanka.

 

Karena memakan biaya besar, tak pelak, pelayaran itupun banyak ditentang oleh pejabat kerajaan. Karena pengaruh para pejabat istana, Kaisar Zhu Gaozhi yang menggantikan ayahnya yang mangkat pada 1424, mengeluarkan maklumat yang isinya menunda pelayaranpelayaran ke luar negeri.

 

Tetapi sang kaisar meninggal dunia hanya sembilan bulan setelah bertahta. Kaisar Zhu Zhanji yang merupakan cucu Zhu Di, meneruskan kebijakan itu.

 

Pada akhir dekade 1420-an, kekaisaran Ming mendapat tekanan dari daratan oleh gelombang invasi bangsa Mongol, dan dari laut oleh bajak laut Jepang, dan dari seberang oleh cabang-cabang kerajaannya yang dikuasai para panglima setempat.

 

Kaisar Zhu Zhanji mulai mempertimbangkan lagi ekspedisi laut. Setelah melalui perdebatan sengit di istana, akhirnya dicapai keputusan untuk mengaktifkan kembali ekspedisi laut.

 

Maka, pelayaran yang ketujuh dan yang terakhir berlangsung selang 9 tahun kemudian setelah pelayaran keenam, yaitu sekitar 1431-1433. Armada Cheng Ho pun kembali mengunjungi Campa, Jawa, Palembang, Malaka, Siam, Aceh, Sri Lanka, Bengali, kepulauan Maladewa dan Cochin, Kalkuta, Hormuz, Jofar, Aden, dan Mogadishu.

 

Pada pelayaran ketujuh ini, Cheng Ho menjalankan misi khusus Kaisar Ming untuk menunaikan ibadah haji bagi keluarga istana. Sifatnya rahasia karena alasan politis saat itu. Karena itu Cheng Ho menunjuk sahabat terdekatnya, Ma Huan, sebagai pimpinan misi ke Mekkah untuk mengesankan bahwa misi tidak ada hubungannya dengan keluarga istana.

 

Dalam perjalanan pulang menuju Thiongkok pada sekitar 1433, Cheng Ho meninggal dalam usia 62 tahun dan dimakamkan dilepas pantai Malabar. Dia menghasilkan, tetapi tidak memiliki. Dia berkarya, tetapi tidak terikat pada hasilnya: Seusai bekerja, dia melupakannya, oleh karena itu dia tetap dikenang sepanjang masa. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

Paranormal Terbaik Indonesia

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.

Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)

NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)

NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)

WEBSITE: paranormal-indonesia.com/
(Selain web di atas = PALSU!)

NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)

ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)


Related posts

Kisah Mistis: SUAMIKU GENDERUWO!

Kyai Pamungkas

Kisah Kyai Pamungkas: HANTU GADIS KORBAN GANTUNG DIRI

Kyai Pamungkas

Panggonan Wingit: KERAJAAN GAIB WADUK MALAHAYU, BREBES

Kyai Pamungkas
error: Content is protected !!