Kisah Mistis: ARWAH PENJAHAT KAKAP MASUK KE JAELANGKUNG
SEKELOMPOK REMAJA DI INDRAMAYU ISENG-ISENG MENGGELAR PERMAINAN JAELANGKUNG. TAK DINYANA, SOSOK GAIB YANG HADIR MENGAKU SEBAGAI ROBOT GEDHEK. BENARKAH BEGITU? CELAKANYA, SI ROBOT GEDHEK ENGGAN PERGI. LALU, APA YANG TERJADI…?
JAELANGKUNG merupakan bentuk permainan tradisional yang melibatkan unsur-unsur mistik. Permainan ini juga merupakan salah satu piranti sederhana yang dapat menyingkap tirai alam gaib. Menurut sebuah sumber, awal penciptaan dolanan pengundang arwah ini muncul sekitar abad ke-15, atau pada era kejayaan Wali Songo. Pada masa itu, para dukun aliran Budis (percampuran syariat agama Budha dan Islam) selalu memanfaatkan piranti Jaelangkung tiap kali diminta jasanya untuk menemukan lokasi jasad orang yang meninggal secara misterius. Dengan perantaraan Jaelangkung, para dukun Budis itu konon selalu tepat dalam menemukar lokasi yang dimaksud, karena investigasinya memanfaatkan arwah dari jasad orang yang hilang tersebut.
Dibanding permainan tradisional lainnya, Jaelangkung tercatat paling bertahan lama. Hingga di era modern seperti sekarang, Jaelangkung tetap lestari, bahkan semakin populer seiring dengan maraknya tayangan sinema misteri yang sedang marak di Tanah Air. Seringnya menyaksikan tayangan sinema bertema semacam itu, tak pelak, Jaelangkung kerap dimainkan oleh para kawula muda di Tanah Air.
Menurut pemantauan penulis, para kawula muda di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, tercatat yang paling sering bermain Jaelangkung. Bukan hanya di dusun-dusun terpencil, bahkan di lingkungan perkotaan pun, permainan ini sering mewarnai malam-malam purnama.
Para kawula muda itu mungkin tidak pernah tahu atau berpura-pura tak tahu terhadap dampak yang bakal terjadi, manakala ada arwah yang terperangkap ke piranti berupa boneka horor yang terbuat dari batang bambu, batok kelapa, baju dan topi dekil serta kelaras (daun pisang kering) itu. Arwah penasaran yang bergentayangan seringkali terperangkap ke dalam proses ritual permainan Jaelangkung. Dampak permainan ini, paling ringan jatuh pingsan, shock akibat teror arwah, hilang ingatan, bahkan ada juga pesertanya yang sampai menemui ajal.
Berangkat dari tujuan penciptaan ritual ini, Jaelangkung adalah sebuah permainan beraroma magis yang dapat dipergunakan untuk berdialog dengan arwah penasaran yang telah memasuki fisik piranti permainan. Layaknya manusia hidup, arwah yang telah menyatu dengan Jaelangkung, ada yang suka iseng menjahili manusia yang mengundangnya, ada pula yang lugu, bahkan ada juga yang berperangai jahat. Semua itu, menurut Mbah Abdul Nasir dari Desa Kebulen, Kecamatan Jatibarang, hanyalah sebuah permainan magis serta tidak termasuk katagori ritual berat layaknya sekte ataupun kebiasaan kalangan tukang sihir dan dukun santet.
Pasalnya, Jaelangkung kebanyakan dimainkan kalangan anak-anak muda yang sudah memperoleh petikan mantera dari seseorang. “Tujuan Jaelangkung bagi mereka tidak lebih hanya dolanan atau keisengan semata, sekadar pengisi waktu di malam purnama,” kata Mbah Abdul Nasir.
Tetapi, jangan diartikan dolanan Jaelangkung ini tidak diintai marabahaya. Seperti yang telah disinggung di muka, arwah penasaran punya bermacam-macam perangai. Bagi arwah yang punya perangai jahat, saat sudah menyatu ke dalam piranti Jaelangkung, perangai jahatnya kembali akan mendominasi sehingga mengakibatkan sebagian, bahkan seluruh personil yang menggelar dolanan Jaelangkung tiba-tiba jadi kesurupan.
Jika ada orang pintar di sekitar lokasi, para anak muda yang kesurupan tersebut dapat dipulihkan kembali dengan cepat. Tetapi jika tidak cepat disembuhkan, bahkan sampai berlarut-larut, maka, tidak menutup kemungkinan, anak muda yang dalam kondisi kesurupan dan berada di alam bawah sadar akan terjerumus ke dalam jurang, atau tenggelam ke sungai hingga nyawanya pun melayang secara sia-sia.
Eko Budianto, 23 tahun, seorang announcer sebuah radio FM di kawasan Widasari, Indramayu, punya kisah tersendiri sekaitan dengan Jaelangkung. Pernah suatu malam, bersama sejumlah temannya, Eko mengadakan ritual Jaelangkung. Permainan ini digelar di rumah kosong dalam Kompleks Asrama Polisi, Desa Kepandean, Indramayu.
“Yang terlibat langsung dalam ritual Jaelangkung ada delapan orang termasuk saya. Mantera ritualnya menggunakan bahasa Inderamayu,” ujar Eko memulai ceritanya.
Mantera itu dia peroleh dari seseorang. Kata-katanya tidak terlalu panjang dan sangat mudah untuk dihafal. Mantera itu memang mesti dihafal, karena saat memulai dolanan tidak boleh membaca dari lembaran kertas, membacanya pun mesti lepas tengah malam, mengutamakan malam Jumat Kliwon.
Hanya saja, menjalankan Jaelangkung butuh ketabahan. Masalahnya, tidak bisa disamakan dengan memanggil orang hidup yang secara kasat mata dapat dilihat dan diketahui keberadaannya. “Tapi, asalkan piranti dan sarana penunjang lainnya memenuhi syarat, biasanya ada saja arwah penasaran yang merasuki Jaelangkung itu,” terang Eko.
Jaelangkung bisa dibuat dari batang bambu sepanjang 30 senti, kayu kecil untuk dijadikan sepasang lengan dan kain bekas, juga bahan lainnya. Merangkainya pun tidak susah. Batang bambu panjang pada ujungnya dimasukkan ke tempurung kelapa yang sudah dihaluskan, kayu kecil diikat melintang untuk kemudian dipakaikan kain bekas sebagai baju, dan topi daun pandan diletakkan di atas batok kelapa. Pada ujung kayu sebagai pengganti tangan diikatkan spidol besar.
Sesajennya hanya berupa kembang tujuh rupa, buhur jin berikut dupa untuk tempat membakar, lembaran tripleks yang dilengkapi kaki penyangga serta beberapa lembar kertas manila warna putih ukuran A3 sebagai tempat menulis bagi Jaelangkung. Semuanya di tata di atas tripleks berkaki penyangga.
Jaelangkung yang sudah berwujud itu diletakkan di atas tikar. Selepas tengah malam, mantera dibacakan secara berjamaah dalam posisi duduk bersila melingkari Jaelangkung. Selama proses mengundang arwah ini, ada pantangan besar yakni dilarang keras membaca ayat suci Al-Quran, menyebut Asma Allah, bahkan mengucapkan kata-kata tauhid.
“Pas tengah malam kami mengadakan ritual Jaelangkung di dalam ruangan rumah kosong yang sudah cukup lama tidak dihuni pemiliknya,” cerita Eko lebih jauh. “Hanya butuh Waktu kurang satu jam, arwah sudah merasuki piranti Jaelangkung. Ditandai dengan getaran aura di sekelilingnya hingga begitu jelas dirasakan oleh delapan anak muda di dalam Tuangan yang cukup sempit itu!”
Saat menyadari bulu sekujur tubuhnya Meremang, sebagian di antara peserta ada yang nyaris lari ke luar. Tapi berhasil dicegah teman-teman yang lain. Suasana pun kian mencekam, manakala Jaelangkung yang semula tergeletak di atas tikar, pelan-pelan mulai bergerak.
Mula-mula gerakannya halus, makin lama Makin jelas, lalu pelan-pelan bangkit berdiri seperti layaknya manusia, Eko dan teman-temannya terbelalak saat mendapatkan kenyataan, sosok benda mati sanggup bergerak misterius dan berdiri tegak di atas tikar, menyaksikan peristiwa yang sangat irasional itu, membuat jantung mereka kacau. Ada di antaranya yang penasaran dan mencoba untuk meyakinkan atas apa yang sedang disaksikan dengan mencubit lengannya sendiri. Tapi, peristiwa itu memang benar-benar nyata.
Setengah dipaksakan, mereka tetap bertahan di tempatnya masing-masing. Saat itu juga, seorang anak muda bergegas menata lembar tripleks sekaligus menempelkan lembaran kertas manila warna putih.
Asap kemenyan berangsur-angsur menipis hingga lenyap sama sekali. Pembacaan mantera juga dihentikan, dan mereka serempal melingkari Jaelangkung yang sudah hidup dalam posisi berdiri tegak, dengan ujung bambu bagian bawah sedikit menyentuh permukaan tikar.
Dengan suara gemetar akibat rasa takut, Eko berupaya mengajukan pertanyaan kepada Jaelangkung yang sebelumnya sudah dikonsep. Yang pertama ditanyakan soal nama, umur dan sebagainya, terkait dengan latar belakang arwah yang ada di dalam Jaelangkung.
Sungguh menakjubkan, tubuh Jaelangkung melengkung tertuju ke arah kertas, lantas ujung spidol bergerak-gerak di permukaan kertas membentuk kata-kata yang cukup jelas dibaca dalam suasana remang-remang. ROBOT GEDHEK, 40, MENINGGAL DIRACUN!
Setelah mengetahui biodata arwah tersebut, barulah mereka dolanan lewat serbuan berbagai pertanyaan. Mulai siapa nama ayah anu, siapa nama ibunya anu, nama pacar anu, apakah ujian semester mendatang lulus atau her, bahkan nama pacar anu masih perawan tidak serta berbagai pertanyaan lainnya yang dijawab secara tepat lewat goresan huruf ceker ayam si Jaelangkung di atas kertas itu.
Tanpa terasa, 20 lembar kertas manila sudah penuh oleh tulisan ceker ayam si Jaelangkung. Sementara, sesaat lagi bakal berkumandang pembacaan ayat suci Al-Quran menyongsong adzan Subuh. Saat itulah Eko berdialog agar arwah Robot Gedhek segera meninggalkan Jaelangkung. Dan ujung spidol bergerak-gerak di atas kertas: SAYA TAK MAU PULANG.
Mereka dibuat bingung bukan kepalang. Eko dengan lemah lembut menjelaskan kalau hari sebentar lagi pagi. Bahkan temannya yang lain ikut pula membujuk agar arwah Robot Gedhek segera meninggalkan raga Jaelangkung.
Spidolpun kembali bergerak-gerak membentuk kalimat: SAYA PULANG MINTA DIGENDONG.
Bambang salah seorang dari mereka terpancing emosinya. Jaelangkung langsung ditendang. Tapi apa yang terjadi, tubuh Bambang sendiri malahan yang terlempar ke luar melalui ambang pintu lalu berguling-guling di halaman rumah sambil meringis kesakitan. Sambil mengusap siku yang lecet, dengan tertatih-tatih dia masuk kembali ke rumah itu untuk bergabung dengan teman-temannya.
Spidol itupun kembali bergerak-gerak: KALIAN AKAN JADI TEMAN ABADI SAYA.
Mereka spontan terhenyak. Anak-anak muda itupun mulai dirasuki perasaan ngeri. Keringat dingin membasahi pori-pori di sekujur tubuh masing-masing. Mereka tak berkutik. Bisa saja kabur dari rumah itu, hanya saja khawatir arwah Robot Gedhek itu bakal terus mengejar dan membawanya ke alam maya untuk dijadikan teman abadinya di sana.
Eko bahkan nyaris menangis. Lalu dia ingat mantera khusus memulangkan arwah yang bandel. Tiga kali dilafalkan dan ditiupkan. Anehnya, Jaelangkung tetap tegar berdiri.
Tak sadar anak-anak muda itu saling berpegangan tangan satu dengan lainnya. Rasa kalut kian menyesaki rongga dada. Pada puncak kekalutan itulah, dari kejauhan berkumandang lantunan pembacaan ayat suci Al-Quran, dan secara kebetulan yang dilantunkan adalah Surah Jin yang sangat tersohor sebagai mantera pengusir jin.
Delapan pasang mata terbelalak lebar. Bersamaan dengan berkumandangnya lantunan ayat suci Al-Quran, tubuh Jaelangkung mendadak ambruk di atas tikar. Barulah anakanak muda itu bernafas lega. Tanpa buang waktu, piranti Jaelangkung dibungkus kain bekas, tikar digulung dan mereka serempak keluar rumah kosong itu untuk pulang ke rumah masing-masing.
Benarkah yang muncul itu arwah Robot Gedhek, pelaku sodomi sejumlah anak jalanan yang memang telah meninggal di Rutan Nusakambangan itu? Bisa jadi semuanya hanya tipu daya jin yang ingin menebar fitnah. “Sesungguhnya, tidak ada arwah yang bisa kembali ke alam nyata setelah manusia meninggal dunia,” tandas Kyai Pamungkas, yang dimintai pendapat oleh penulis atas kejadian ini di kediamannya di daerah Condet, Jakarta Timur. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: paranormal-indonesia.com/
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)