Kisah Mistis: BERCINTA DENGAN RATU JIN GUNUNG GUCI
INI KESAKSIAN FENOMENAL YANG DITUTURKAN OLEH TIGA ORANG REMAJA YANG MENGAKU TELAH MELAKUKAN HUBUNGAN BADAN DENGAN SOSOK RATU JIN. UNIKNYA, KEJADIAN TERSEBUT BERLANGSUNG DALAM SEMALAM. APA JADINYA…
GUNUNG GUCI dikenal sebagai pusat pemandian air panas, sekaligus pula kawasan yang penuh aura mistis. Obyek wisata pemandian air panas ini terletak di puncak sebuah gunung, persisnya bukit, yang ada di Desa Guci, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Karena itulah bukit tersebut kemudian terkenal dengan nama Gunung Guci.
Di mata kalangan supranaturalis, kawasan ini diklaim sebagai pusat kerajaan jin. Kerajaan tersebut sudah sejak masa lampau, di bawah pimpinan seorang ratu bergelar Nyi Ratu Ajeng Surtikanti. Pusat istananya tepat di atas puncak air terjun setinggi puluhan meter.
Konon, selama ribuan tahun silam Ratu Ajeng memerintah rakyat di kerajaannya secara bijaksana. Tapi ada keburukan pada diri sang ratu. Didisebutkan sebagai ratu jin yang sangat haus seks, terutama senang berhubungan intim dengan kaum laki-laki dari bangsa manusia.
Penulis mendapat kesaksian menarik dari tiga orang sahabat, yakni Rudi, Bambang dan Idot. Pengalaman mereka menjadi bukti, betapa ratu siluman penguasa gaib Gunung Guci itu memang pengidap hyperseks. Dalam semalam, makhluk alam maya yang berwujud perempuan cantik itu berhasil mengisap kejantanan tiga bujangan tadi. Kejadiannya berlangsung di kamar Villa berlantai dua.
“Makhluk halus itu mampu menjelma sesuai dengan imajinasi kami. Kami telah tertipu olehnya,” tutur Bambang, mengawali kisahnya.
Ditemui penulis di sebuah rumah makan sederhana tak jauh dari stasiun kereta api Jatibarang, Kabupaten Indramayu, secara panjang lebar, ketiga sekawan yang masih aktif menimba ilmu di sebuah perguruan tinggi itu menceritakan peristiwa mistis yang telah merenggut keperjakaan mereka.
Diceritakan, mulanya tiga sekawan yang bercita-cita jadi ekonom itu berencana berangkat ke obyek wisata Gunung Guci sambil menunggu pergantian tahun. Tapi, karena salah seorang kerabat Rudi meninggal akibat stroke, rencana itu baru bisa dilaksanakan pertengahan Februari 2007 lalu.
Meskipun di Sanakanhurip, Kabupaten Kuningan, juga ada pemandian air panas, demikian juga di Ciater Kabupaten Subang, tapi kabar yang mereka dengar, pemandian air panas di Gunung Guci jauh lebih asri. Tak hanya itu, air di pemandian ini juga diyakini menyimpan karomah untuk masalah kerezekia dan kepangkatan.
Berbekal uang lumayan banyak, tiga sekawan itu pun berangkat dengan menggunakan Toyota Kijang milik orangtua Rudi, Drs. Hidayat, ayah Rudi sangat toleransi terhadap kegiatan apapun yang disukai sang sulung dari tiga bersaudara itu. Apalagi di masa mudanya, Drs Hidayat punya hobi yang sama, yakni berpetualang keliling Nusantara.
Kedatangan Toyota Kijang abu-abu yang dikemudikan Rudi di Desa Guci disambut hujan lebat ditingkahi cahaya kilat berpendaran, serta ledakan petir. Cuaca menjelang Ashar itu kurang bersahabat. Suhu udara nyaris membekukan aliran darah ketiganya.
Sepanjang perjalanan yang berkelak-kelok dan terus menanjak itu, belum pernah sekalipur mereka berpapasan dengan kendaraan roda empat lain, baik yang searah maupun yang datang dari arah berlawanan.
Mungkin cuaca buruk itulah yang membuat penduduk luar daerah enggan menyambangi obyek wisata sangat populer di Jawa Tengah itu. Atau barangkali ada ketakutan akan terjadi longsor susulan seperti yang pernah terjadi pada awal musim penghujan tahun ini.
Tanpa mesti berunding, Toyota Kijang diparkir di depan warung nasi. Dalam suhu sangat dingin, perut sangat gampang terserang lapar. Tidak seperti dalam perjalanan tadi, kali ini hujan mulai reda dan menyisakan gerimis.
Ruang makan warung nasi itu lumayan luas, terdapat empat set meja kursi dari papan kayu pinus. Pada meja paling pojok sudah ada dua laki-laki dewasa. Tiga sekawan itu mengambil tempat.
Sambil menunggu pelayan datang, ketiganya berkenalan dengan dua laki-laki tadi. Masingmasing mengaku bernama Teguh dan Wiguno. Keduanya tukang ojeg motor yang sedang mangkal di tempat itu.
Tidak berapa lama, wanita paruh baya menghampiri seraya menyodorkan kertas dilaminating berisi daftar menu makan dan minum kepada tiga sekawan. Pelayanan warung nasi itu cukup cekatan, tidak perlu menunggu lama, hidangan sudah tersaji dan langsung disambar untuk diganjalkan ke lambung masing-masing.
Sambil menyantap makanan, Bambang dan Rudi menyelinginya dengan bincang-bincang bersama Teguh dan Wiguno. Sementara Idot terlalu sibuk dengan santapannya hingga tidak berselera untuk ngobrol.
“Terlalu sore kalau mau naik ke puncak, Mas. Sebaiknya besok pagi saja. Lagi pula pemandian sepi pada malam hari” kata Teguh kepada Bambang dan Rudi.
“Kalian datang dari Indramayu tentu sangat lelah. Kalau belum punya langganan, mau tidak kami carikan Villa. Nanti kami cari yang lumayan bagus, bagaimana?” Tanya Wiguno.
“Boleh… boleh! Terus terang, baru pertama kali kami mampir kemari,” jawab Rudi.
Tanpa diminta duakali, Teguh dan Wiguno pamit untuk mencarikan Villa buat tiga sekawan itu. Di luar warung, gerimis mulai tuntas, namun dari langit kabut bersiap-siap menyungkupi kawasan puncak Gunung Guci.
Tanpa terasa, satu jam sudah berlalu. Santapan nasi sudah diganti kopi hangat. Rudi kali ini minta pertimbangan dua temannya, tetap menunggu dua tukang ojeg tadi ataukah mencari sendiri Villa buat bermalam.
Sebelum kesepakatan diputuskan, di luar muncul dua tukang ojeg tadi. Teguh dan Wiguno pertama-tama meminta maaf karena terlalu lama mencari Villa. Alasannya susah mendapatkan Villa yang masih kosong, sebab nyaris seluruh Villa di kawasan wisata itu sudah dibooking pengunjung.
Tanpa buang waktu, Toyota Kijang meninggalkan warung nasi menguntit kedua tukang ojeg yang melaju di depan.
Letak Villa itu cukup terisolir sekitar setengah kilometer dari tower transit Telkomsel. Seperti umumnya di kawasan wisata, Villa yang bakal mereka huni lumayan megah dengan fasilitas lengkap serta bangunannya berlantai dua. Beda dengan di kawasan Puncak Bogor, tarif booking Villa semegah itu sangat murah. Hanya Rp. 200 ribu semalam.
Saat hendak dibayar, Teguh menolak dan menyarankan agar membayar jasa Wiguno dulu, sedangkan upah jasa dia sendiri minta dibayar besok pagi. Rupanya, Teguh tak lain orang kepercayaan pemilik Villa untuk melayani tamu yang datang di tempat itu.
Petang pun beranjak malam. Di lantai dua ada tiga kamar tidur, ruang tamu, dapur dan dua kamar mandi. Di ruang tamu terdapat tape recorder, TV berwarna 21 inchi, VCD player serta setumpuk cakram VCD berisi album dangdut bajakan, juga kaset album lagu-lagu lokal yang sedang ngetop saat ini.
Sebelum pamit, Teguh menyerahkan nomor HP miliknya yang kapanpun siap untuk dimintai bantuannya, termasuk pesanan gadis panggilan dengan tarif antara Rp. 150 hingga Rp. 200 ribu semalam.
“Kalau perlu gadis dari Indramayu, kami punya nomor kontaknya dan siap dihadirkan di sini” tawar Teguh.
Tiga sekawan itupun sempat terlonjak kaget setelah mendengar, di kawasan itu ada perempuan satu daerahnya yang berprofesi penjaja seks komersial. Tapi kemudian mereka maklum, Indramayu memang sudah menguasai pangsa pasar esek-esek di Tanah Air.
“Terimakasih, Mas. Kalau kami butuh, nanti kami hubungi Mas Teguh,” jawab Rudi.
“Yang pasti, kalaupun butuh tidak mungkii ambil gadis satu daerah,” timpal Bambang.
Sepeninggal Teguh, tiga sekawan itupun mengambil kamar masing-masing. Tanpa man lebih dulu, mereka mengganti pakaian dengar pakaian santai. Idot menyibukkan diri di dapur untuk menyeduh kopi, sementara Rudi dan Bambang mendengarkan lagu lewat VCD player.
Sambil menikmati hangatnya kopi, tiga sekawan itu mengisi malam dengan perbincangan ngalor-ngidul. Tidak terasa jarum jam telah menunjuk pada angka 12. Sementara, udara dingin bercampur kabut semakin tak tertahankan. Untuk menghalau dingin, ketiganya langsung terbang ke atas kasur di kamar masing-masing, dan membenamkan badan di bawah selimut tebal.
Jarum jam tembok di ruang tamu terus berputar. Sekitar satu jam berikutnya, ketika kelopak mata Rudi nyaris terpejam, kontan terbelalak lagi akibat suara derit daun pintu.
Rudi mengira salah seorang temannya yang butuh sesuatu. Tapi harum tubuh perempuan mampu menggugah nalurinya, dan dia langsung mengubah posisi tidurnya.
Tepat di depan wajahnya berdiri termangu sosok gadis yang susah untuk dipercaya. Beberapa langkah di ambang pintu kamar, Agnes Monica melempar senyum. Rudi tidak membalas senyum manis sang bintang itu melainkan mengucak-ucak kelopak matanya.
Biarpun diucak-ucak sampai pedih, sosok Agnes Monica tetap tidak bergeming, bahkan melangkah gemulai lalu mendaratkan tubuh sintalnya di bibir ranjang. Gadis menyerupai Agnes Monica itupun menurunkan badannya, hingga ujung sepasang bukit kembar di dadanya mendarat mulus di muka Rudi.
Diperlakukan seperti itu, rasa heran kontan terbang dari benaknya. Sesaat berikutnya Rudi sudah terlibat percumbuan panas dan diakhiri hubungan intim layaknya suami-isteri. Usai melampiaskan nafsu syahwatnya, gadis menyerupai Agnes Monica itupun mengenakan gaun tipisnya dan tanpa sepatah katapun langsung meninggalkan ranjang yang basah oleh keringat.
Keesokan paginya, kejadian aneh itu dia ceritakan kepada dua temannya. Di luar dugaan Idot dan Bambang pun mengalami peristiwa serupa. Idot mengaku kamarnya dimasuki Nia Ramadhani hingga terlibat hubungan intim. Sedangkan Bambang mengaku kamarnya dimasuki Dewi Persik dan sekaligus pula melakukan hubungan intim.
“Saat ini saya memang ngefans banget sam Agnes Monica, makanya saya kaget begitu dia muncul di depan ranjang,” kata Rudi di hadapan penulis. Saat sosok mirip Agnes Monica itu muncul, dia mengaku memang tengah membayangkannya.
Ternyata Idola Bambang juga melontarkan pengakuan serupa. Idot ngefans sama Nia Ramadhani, sedangkan Bambang ngefans sama Dewi Persik. Kenyataan itulah yang membuat ketiganya dibuat heran.
Hari itu, lepas sarapan pagi, ketiganya sepakat untuk mandi air panas. Tanpa buang waktu, Toyota Kijang diparkir di ujung jembatan Sebelum memutuskan lokasi pemandian, ketiganya diskusi sesaat, lalu disepakati mandi di pancuran 13 yang berada di sisi timur jembatan.
Belum sampai di depan patung Naga Percona, ketiganya ditegur perempuan uzur yang duduk menghadapi bakul dagangannya. Nenek renta itu tentu saja seperti yang lainnya, berdagang buah-buahan dan hasil bumi.
“Aku mencium bau Nyi Ratu Ajeng Surtikanti,” cetus si nenek, datar.
Rudi, Idot dan Bambang serempak menoleh, sebab hanya mereka bertiga yang ada di depan nenek uzur itu.
“Nenek bicara apa? Di sini tak ada Ratu,” sergah Rudi.
“Aku hanya mencium baunya saja. Semalam kalian pasti berhubungan badan dengan Nyi Ratu Ajeng Surtikanti,” jawab si nenek uzur.
Ucapan nenek uzur itu terus terngiang di benak tiga sekawan itu. Beberapa langkah kemudian, tak sengaja Rudi menengok ke sebelah kiri. Spontan dia berhenti melangkah. Aneh, saat itu secara kebetulan sepasang mata Rudi berbenturan dengan sepasang mata patung Naga Percona berukuran raksasa.
Kening Rudi berkerut tajam seiring dengan berpacunya detak jantung. Sepasang mata besar ular raksasa berupa ukiran batu itu benar-benar hidup, mirip mata kucing. Tatapan mata Rudi pelan-pelan diturunkan ke bawah, pada mulut naga bertaring besar. Aneh, mulut patung itupun basah berlendir serta menetes ke lantai trotoar menuju kolam pancuran.
“Rud, buruan. Seperti anak kecil saja,” ajak Bambang yang jalan di depan.
“Kita semua yang ada di sini dalam bahaya. Lihat mata dan mulut patung naga itu. Itu bukan patung, tapi…” Rudi gemetar, tak bisa melanjutkan kata-katanya.
“Ngaco kamu. Kenapa sih muka kamu keringatan? Itu jelas-jelas patung. Nih, saya buktikan,” timpal Bambang.
Secara sembrono Bambang naik ke undakan dan berdiri tepat di bawah mulut patung naga itu sambil cengengesan. Rudi makin ketakutan. Dalam pandangan Rudi, amat jelas terlihat garis hitam sepasang mata naga itu bergerak ke bawah memandang Bambang yang berdiri di bawah mulutnya.
“Awaas… kamu disantapnya, Bang. Bang, dengar tidak?!” Jerit Rudi.
Kelakuan Rudi memancing pengunjung lainnya untuk mendatanginya. Ketika tahu kejadian yang sebenarnya, puluhan pengunjung itupun membubarkan diri dan kembali ke kolam pancuran, tentu saja dengan bibir mengembang senyum serta gelengan kepala.
Mata Rudi makin liar. Dia seperti berhadapan dengan monster naga yang akan mengamuk. Dengan tetap berdiri di bibir trotoar menuju air terjun, Rudi melihat seorang wanita berpenampilan aneh. Wanita itu mengenakan pakaian khas kerajaan tempo dulu dengan mahkota berkilauan. Wanita itu menatap langsung ke mata Rudi dengan kelopak bibir mengembang senyum.
Makin dekat, Rudi mencium bau harum yang ganjil. Bukan seperti parfum, melainkan harum perpaduan berbagai macam bunga. Tepat di depan Rudi, wanita itu membimbing tangan Rudi. Seperti boneka, Rudi memenuhi ajakan wanita bermahkota intan berlian itu.
“Selama dalam bimbingan wanita itu, Rudi merasakan seperti ada sengatan aliran listrik berkekuatan tinggi. Beberapa langkah di depannya ada tembok kabut, dan wanita itu membimbingnya menembus kabut sangat pekat itu.
Di belakang tembok kabut, Rudi celingukkan sangat bingung, sebab dia berada di dalam ruangan megah. Bahkan kemegahannya belum pernah terbayang dalam pikirannya. Dia celingukkan ke berbagai penjuru ruangan. Di setiap bagian dari ruangan itu penuh dengan ukiran berwujud ular naga.
Saat kebingungan, tiba-tiba ada suara memanggil namanya. Rupanya, si wanita bermahkota. Dia kini sudah duduk di atas singgasana kebesaran dan melambaikan tangan ke arah Rudi. Rudi tergopoh-gopoh menghampiri di depan singgasana sangat mewah itu.
“Inilah ruang pribadiku, berada di istana Jin Gunung Putri tepat di atas air terjun dalam alammu. Aku Nyi Ratu Ajeng Surtikanti pimpinan tertinggi kerajaan ini.
“Aku akan terus mengawasimu, karena dalam tubuh kamu dan kedua temanmu sudah ada ruhku yang masuk melalui persetubuhan semalam di kamar Villa,” kata Nyi Ratu Ajeng Surtikanti.
Yang mengerikan, Nyi Ratu Ajeng Surtikanti berjanji suatu saat akan mengambil ketiga remaja itu untuk dijadikan budak seks di istana kerajaannya. Rudi ingin berontak, tapi tidak punya kekuatan.
Melihat Rudi berusaha melakukan perlawanan, Nyi Ratu Ajeng Surtikanti bertepuk tangan dua kali. Hanya berselang beberapa detik, ruangan itu penuh bau amis sangat menyengat serta suara desisan berat datang dari lorong samping kiri.
Bertepatan dengan munculnya kepala ular naga sebesar tiang pancang istana, sepasang lutut Rudi bergetar dan pelan-pelan menggelosoh, lalu ambruk di lantai ruangan pribadi Nyi Ratu Ajeng Surtikanti.
Entah berapa lama Rudi jatuh pingsan. Ketika siuman, dia berada di ruangan yang serba putih serta tercium bau obat sangat menyengat.
Dia menoleh ke kanan, tampak Bambang dan Idot duduk lunglai di atas bangku lipat menyandar ke tembok.
Melihat Rudi siuman, Bambang dan Idot serempak menyerbu ke bibir ranjang lipat yang ditiduri Rudi.
“Alhamdulillah, akhirnya kamu siuman. Kamu pingsan dua hari, Rud!” Kata Bambang.
Rudi terkejut. Dia baru sadar kalau ternyata saat itu dirinya tengah dalam perawatan dokter di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tegal.
Setelah kondisinya dianggap sudah baik, keesokan paginya dokter membolehkan Rudi untuk meninggalkan rumah sakit. Dari rumah sakit, Bambang yang pegang kemudi Toyota Kijang meluncur ke kaki bukit masih di kawasan Gunung Guci.
Toyota Kijang memasuki halaman rumah mungil sangat sederhana. Ternyata pemilik rumah mungil itu tidak lain Yan Osama, seorang paranormal cukup kesohor di kawasan Guci. Karena sebelumnya sudah dikenalkan Teguh, tanpa mesti basa-basi, Yan Osama melakukan deteksi kebathinan.
Usai deteksi, Yan Osama menyarankan agar ketiga remaja itu tidak langsung pulang ke Indramayu, melainkan harus puasa ngasrep selama tiga hari di tempatnya. Laku puasa itu tak lain untuk mencuci ruh Nyi Ratu Ajeng Surtikanti agar keluar dari raga ketiganya. Selain berpuasa, malamnya mereka diwajibkan membaca wiridan ALLAHUMA YA MUSKILAT MUSKILAL sebanyak 333 kali, dilanjutkan membaca Ayat QURSY sebanyak 7 kali dijalankan selepas tengah malam.
Pada hari ketiga, secara bergantian ketiganya dimandikan di pancuran Gunung Guci dengan dipandu Yan Osama. Usai mandi, Yan Osama mengizinkan ketiganya pulang ke kampung halaman dalam kondisi aman karena sudah terbebas dari pengaruh jahat ruh Nyi Ratu Ajeng Surtikanti…
BEGITULAH kisah sejati yang dialami oleh Rudi, Bambang dan Idot. Apakah kita masih menganggap kalau apa yang mereka alami hanya sebagai halusinasi? Rasanya, hal tersebut termentahkan dengan sendirinya. Bagaimana mungkin sebuah halusinasi dapat dirasakan secara bersamaan tiga orang sekaligus. Mereka sungguh-sungguh melakukan hubungan intim dengan sosok-sosok perempuan yang amat mirip dengan para artis pujaan mereka. Sungguh aneh! Tapi, itulah alam gaib yang senantiasa menebar misteri. Hal ini sesungguhnya amat menantang untuk kita kaji. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: paranormal-indonesia.com/
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)