Kisah Kyai Pamungkas

Kisah Mistis: KAWIN DENGAN JIN

Kisah Mistis: KAWIN DENGAN JIN

Tentang kemungkinan manusia kawin dengan jin, memang kerap dibahas oleh kalangan agamawan, khususnya para tokoh ulama atau penulis Islam modern. Sebut saja antara lain oleh Asy-Syaikh Badruddin bin Abdullah Asy-Syibli dalam bukunya yang berjudul “Keajaiban Jin.”

 

Hal serupa juga dibahas oleh Sayid Abdullah Hussein Ibnu Taimiyah Ali H. Muhammad Isa Daud dalam bukunya berjudul “Bertemu dengan Jin.” Bahkan, Prof. Dr. M. Quraish Shihab dalam bukunya yang berjudul Jin, Iblis, Setan, dan Malaikat,” turut pula membahasnya dengan cukup panjang lebar.

 

Umumnya, para tokoh pemikir Islam modern itu menulis bahwa manusia dan jin tidak mungkin bisa melangsungkan perkawinan.

 

Alasannya, kedua golongan makhluk ciptaan Tuhan tersebut dalam dimensi ruang dan waktu yang sangat berbeda. Intinya, jin dan manusia amat mustahil menikah, sebab hubungan perkawinan tak mungkin bisa dilangsungkan. Bukankah jin adalah makhluk imaterial, sedangkan manusia jelas adalah makhluk material? Masalahnya, apakah kesimpulan tersebut sebuah harga mati? Ternyata tidak! Buktinya, di kalangan masyarakat awam, khususnya di Tanah Air kita, sering muncul kisah-kisah nyata tentang seseorang manusia yang mengaku pernah mengalami kawin dengan jin, atau paling tidak pernah berhubungan intim dengan jin. Ada yang mengaku cuma kawin sebentar, namun dan ada pula hubungan perkawian tersebut sempat berlangsung dalam waktu yang relatif lama.

 

Kisah-kisah tersebut tentunya sangat tidak masuk akal. Tapi, bagi mereka yang mengalaminya tentulah tidak demikian.

 

Apalagi, banyak Ulama Salaf yang menyebut bahwa pernikahan antara jin dan manusia, atas izin Allah SWT, amat mungkin bisa terjadi dan dilakukan. Hanya saja, para Ulama Salaf yang membenarkan terjadinya hubungan perkawinan dua alam ini senantiasa berpesan dengan keras, agar jangan sekali-kali manusia menikahi bangsa jin. Kalau itu terjadi, maka manusia tersebut akan hilang kesukaannya pada bangsa manusia lawan jenisnya. Alasannya, jika jin itu berjenis perempuan, maka kecantikan dan kelembutannya akan jauh melebihi kecantikan dan kelembutan perempuan dari bangsa manusia. Demikian pula jika jin itu berjenis lelaki.

 

Lewat kisah-kisah yang berhasil penulis rangkum dalam Sajian Utama kali ini, kekhawatiran para Ulama Salaf itu memang amat jelas tercermin. Mereka yang melakukan hubungan asmara dengan jin, rata-rata enggan untuk menikah dengan bangsa manusia. Bagaimana kisahnya…?

 

WANITA KAWIN DENGAN JIN

 

APA JADINYA BILA SEORANG WANITA KAWIN DENGAN JIN? KISAH-KISAH DI LUAR NALAR SEMACAM INI SUNGGUH-SUNGGUH ADA. BERIKUT ADALAH SALAH SATUNYA…

 

INI sungguh-sungguh bukan cerita isapan jempol. Kisah nyata ini menimpa seorang perempuan warga Tanjung Pura, Langkat, Sumatera Utara. Rodiah namanya. Selama sekian puluh tahun dia bersuamikan bangsa jin bernama Karbala. Bahkan, perkawinan tersebut menghasilkan anak-anak yang menjelma dalam wujud jin. Bagaimanakah kisahnya. Kami menuliskan kesaksian Rodiah dalam Rubrik Sajian Utama ini Nah, selamat mengikuti…!

 

Tetangga dan masyarakat sekitar tempat kediaman saya, selalu bertanya-tanya kenapa hingga menjelang usia memasuki empat puluh tahun, saya belum juga menikah. Bahkan saya masih terus mempertahankan status sebagai perawan, meski belakangan disebut sebagai perawan tua.

 

Ada yang menduga, mungkin saya dulu pernah mengalami patah hati atau disakiti oleh pria yang saya kasihi, sehingga menjadi trauma bahkan membenci semua lelaki. Atau, ada juga yang menganggap saya telah digantung jodoh.

 

Dugaan seperti itu saya anggap wajar-wajar saja. Saya tidak ingin membantahnya, juga sebaliknya tidak perlu membenarkannya. Lalu apa kenyataan yang sebenarnya telah menimpa diri saya? Apa alasan saya sehingga tidak ingin membangun rumah tangga seperti layaknya dambaan setiap insan?

 

Kalau saya ungkapkan rahasianya, mungkin tidak ada yang percaya. Tapi terus terang saja, apa yang saya alami sejak gadis remaja hingga berusia 40 tahun, adalah kejadian yang sesungguhnya. Artinya, bukan sekedar ingin cari sensasi atau popularitas. Terlepas apa tanggapan atau pendapat masyarakat yang agamis nantinya.

 

Awal kejadian berlangsung ketika saya memasuki usia 19 tahun. Seorang teman sekolah, minta saya untuk menemaninya berkunjung ke rmah “orang pintar” yang katanya pandair menyembuhkan berbagai penyakit dengan kekuatan spiritual magis, yang katanya melibatkan bangsa jin. Teman sekolah saya itu mengidap mengidap penyakit aneh, suka kejang-kejang manakala terbangun tengah malam.

 

Anehnya, ketika pulang dari rumah orang pintar tersebut, saya merasa ada yang membuntuti saya dari belakang. Tapi begitu saya menoleh untuk meyakinkan perasaan saya itu, ternyata tidak ada siapa-siapa. Lalu saya anggap hal itu cuma angan-angan semata. Mungkin ini terjadi karena selama di rumah orang pintar tadi kami sering membicarakan tentang keberadaan jin.

 

Malamnya, ketika akan berangkat tidur, pikiran dan perasaan saya menjadi tidak tenang. Saat malam semakin larut dan saya masih duduk di tepi ranjang, saya merasa sepertinya di dalam kamar ada seseorang yang sedang ngumpet. Dia terus mengawasi setiap perilaku dan gerak-gerik saya.

 

Ketika saya masih menerka-nerka apa yang sesungguhnya terjadi, di hadapan saya, berjarak sekitar dua meter, tiba-tiba terjadi fenomena aneh. Asap putih mendadak muncul, dan semakin lama semakin tebal dan jelas.

 

Bulu kuduk saya berdiri meremang. Apalagi ketika dalam hitungan detik, udara di dalam kamar diwarnai aroma yang sangat wangi. Rasa takut mulai melanda. Ingin menjerit agar ayah dan ibu segera datang, namun mulut saya hanya bisa menganga, tanpa mengeluarkan suara apapun.

 

Aneh sekali, asap tadi kemudian menampilkan wujud seorang pria amat tampan, yang mengenakan pakaian kebesaran pangeran Kerajaan Melayu tempo dulu. Meskipun penampilannya cukup menarik dan memesona, namun rasa takut dan cemas dalam hati tidak bisa berkurang. Andai saja cowok itu muncul tidak melewati proses yang aneh dan tidak masuk akal, mungkin saya akan menyambutnya dengan tangan terbuka.

 

Tubuh saya masih mengigil ketika tamu misterius ini melemparkan senyumnya. Senyum yang amat tulus, tanpa rekayasa.

 

“Kamu jangan takut, Rodiah!” Katanya, cukup sopan dan ramah. “Maafkan aku, sejak dari rumah orang pintar siang tadi, aku memang telah membuntutimu kemari. Aku tertarik dengan wajahmu yang keibu-ibuan, sederhana dan polos, sehingga aku ingin berkenalan denganmu!”

 

Aku hanya diam seribu bahasa. Selanjutnya, tamu tak diundang ini bercerita tentang siapa dirinya. Dia menyebut dirinya adalah putera sulung dari kerajaan muslim orang bunian, yang terletak di bilangan Sei Besilam. Lokasinya tidak jauh dari pondok pesantren yang amat terkenal di sana.

 

Cukup lama saya cuma tertegun dan tercenung menyimak penuturan dan pengakuan pria yang hadir dengan cara aneh itu. Namun tutur sapa dan nada bicaranya yang cukup memukau akhirnya membuatku terpikat. Mungkin hal itu juga yang membuat saya tanpa sadar, menyambut uluran tangannya. Dia lalu menyebut namanya sebagai Karbala.

 

Aneh, dalam pertemuan sekejap itu, pria yang saya pastikan dari golongan jin ini tidak lagi menakutkan. Apalagi kedatangan Karbala tidak berniat macam-macam pada diri saya. Dia : memang cuma ingin berkenalan dan berteman. Ya, cuma itu.

 

Setelah kami saling berkenalan dan menyebut nama masing-masing, Karbala kembali lenyap. Tubuhnya yang gagah itu menjadi asap. Dan dalam hitungan detik, asap itu sirna dari hadapan saya.

 

Kehadiran dan pertemuan saya dengan Karbala malam itu tidak saya ceritakan kepada siapapun, termasuk ayah dan ibuku.

 

Waktu itu, ibuku sudah lama buka usaha warung kecil-kecilan di depan rumah pangung kami, yang letaknya memang tidak jauh dari stasiun kereta api Tanjung Pura. Setiap hari, sejak tamat sekolah, saya membantu di sana. Sampai tiba suatu hari, seperti biasanya, saya sudah lebih dahulu membuka warung, sementara ayah dan ibu pagi-pagi sekali sudah berangkat ke pasar. Mereka belanja sayur-mayui dan lauk pauk serta kebutuhan dapur lainnya untuk dijual kembali kepada para pelanggan.

 

Saya masih sibuk membersihkan warung, ketika seorang pria muda datang menyapa. Wajah dan penampilannya persis dengan Karbala, pria yang menemui saya tempo hari di dalam kamar. Meskipun pagi itu dia mengenakan pakaian orang awam, namun aku bisa dengan mudah mengenali wajahnya yang amat tampan itu.

 

Setelah saling menyapa, dugaan saya ternyata benar. Dia memang jin bernama Karbala itu. Dia mengatakan cuma sekedar mampir. Aneh, setelah itu dia terus menghilan tanpa bekas, hanya sesaat setelah tubuhnya tersembunyi di balik pokok pohon yang berdiri tak jauh dari warung.

 

Sejak pertamuan pagi buta itu, diam-diam saya mulai suka padanya. Padahal kami baru bertemu baru dua kali saja. Celakanya, wajah dan penampilan Karbala sering terbayangbayang di ruang mataku.

 

Mungkinkah saya telah jatuh cinta? Bagaimana mungkin? Apakah sosok jin pria yang bernama Karbala itu juga mencintai saya? Kalau benar, apakah cinta kami bisa bersatu dalam perkawinan? Rasanya sangat mustahil, karena saya dan dia terpisah oleh dua alam berbeda.

 

Waktu terus berlalu. Saya hampir melupakan Karbala. Hingga suatu hari, saya mendapat kabar bahwa ayah dan ibu mengalami kecelakaan lalu lintas. Sungguh tragis, keduanya tewas dalam kecelakaan tersebut.

 

Duka yang amat mendalam menggayut dalam hatiku selama beberapa waktu. Sebagai anak semata wayang, dengan kepergian mereka maka tinggallah saya seorang, diri di rumah panggung peninggalan ayah dan ibu.

 

Selama beberapa hari saya masih ditemani kaum kerabat dan handai taulan. Mereka tak pernah bosan memberi nasehat agar saya tetap tabah dan sabar menghadapi musibah. Sebagai insan yang beriman, hanya sikap tawakal dan tabah saja yang mampu membentengi diri saya dari keputusasaan. Saya memang harus tetap tegar menghadapi hari depan.

 

Setelah masa berkabung selama 40 hari telah lewat, saya hidup sendiri dalam kesunyian. Namun, ditengah sepi dan duka ditinggal kedua orang tua, ada sedikit pelipur lara sebab Karbala sering mendantagiku. Bahkan, dia nyaris saja datang dalam kamarku di setiap malam. Dia menghibur saya dengan ucapan-ucapannya yang jenaka, namun kadang penuh makna.

 

Satu hal yang kukagumi. Perilaku Karbala tetap santun pada saat kami berduaan. Celakanya, sikapnya ini yang membuat saya semakin tergila-gila padanya.

 

Rupanya, saya tidak bertepuk sebelah tangan. Karbala juga mencurahkan harapannya agar dia bisa menjadi pelindung diriku. Dia mengaku siap menjadi suami yang baik untukku.

 

Mungkinkah kami bisa menikah? Saya ragu-ragu. Di tengah keragu-raguan ini saya kembali mendatangi Mbah Sarjan, orang pintar yang dulu pernah menyembuhkan teman sekolah saya. Ternyata, Mbah Sarjan tidak menyalahkan atau membenarkan manusia kawin dengan jin, asalkan mereka seiman.

 

Penjelasan Mbah Sarjan tersebut mendorong saya untuk meminta tolong agar kami bisa dinikahkan.

 

Begitulah, Mbah Sarjan adalah sebagai saksi ketika ritual pernikahan itu berlangsung. Dia pun sekaligus berindak sebagai penghulu dan waliku.

 

Sejak itu, Karbala berhak menyentuh tubuhku, serta berkewajiban memberi nafkah lahir dan batin. Tentu saja, tak perlu saya ceritakan bagaimana jin pria ini meniduri saya. Tidak jauh beda, Cuma, jin pria ini sangat agresif dalam masalah seksual.

 

Warung yang selama beberapa waktu terbengkalai sejak kepergian ayah dan ibu, sesuai dengan saran suamiku, segera saya buka kembali. Anehnya, orang yang datang berbelanja setiap hari begitu ramai. Warung itu laku keras, sehingga hidup saya serba berkecukupan.

 

Tetangga dekat saya, mulai curiga karena setiap hari Jum’at saya dilihat ‘ orang mereka selalu mandi basah. Hal ini terus berlangsung bertahuntahun hingga saya berusia 35 tahun.

 

Kemudian, kerabat dan handai taulan bila berkunjung ke rumah, apalagi pada malam hari, mereka mengaku sering merasakan aura mistis di dalamnya. Ada pula tetangga yang menyaksikan penampakan beberapa bocah cilik yang bermain-main di bawah panggung rumahku.

 

Saya tidak meragukan lagi, bahwa mereka adalah anak-anak dari perkawinan saya dengan jin Karbala. Meskipun saya tidak pernah hamil dan melahirkan bayi-bayi manusia, namun kata Karbala anak-anak kami menjelma dalam bangsa jin, sesuai dengan gen yang diturunkan ayahnya.

 

Seperti yang saya duga, ketika saya berterus terang bahwa saya punya suami dari bangsa jin, saudara dan sahabat tak ada yang mau percaya. Meski demikian isu saya,bersuami jin tersebut sempat tersiar kemana-mana. Banyak orang yang menghujat diri saya telah musyrik, karena bersekutu dengan makhluk halus. Bahkan ada yang secara vulgar mengatakan saya telah keluar dari kehidupan normal. Lebih kejam lagi, ada orang yang menggap saya gila.

 

Apakah saya memang sudah gila, dan selama ini menjalani kehidupan yang tidak normal?

 

Satu-satunya solusi yang harus saya tempuh adalah mendatangi Syekh kondang yang mengasuh pondok pensantren di Sei Besilam. Saya sampaikan kepada Syekh, bahwa saya ingin menjalankan kehidupan yang normal di tengah-tengah masyarakat yang fanatis dalam kehidupan beragama. Saya juga ingin segera melepaskan diri dari kehidupan yang penuh misteri.

 

Syekh itu memandikan saya dengan ramuan kembang, untuk mengusir serta membersihkan aura negatif di tubuh saya. Beliau lalu mengisinya dengan energi positif. Saya kemudian dibekali dengan sebentuk biji-biji tasbih yang nampak bercahaya.

 

Setiap Karbala, suamiku, hadir di kamar, tasbih itu saya lemparkan ke wajahnya sesuai petunjuk dari Syekh ketika saya menerimanya. Jin pria itu spontan menjadi asap. Berulang kali dia mencoba mendekatiku, dan berulang kali pula kulakukan cara serupa, hingga akhirnya Karbala tidak pernah kembali lagi.

 

Sejak Karbala tak bisa lagi menemuiku, malam-malam selanjutnya saya kerap mendengar tangisan bocah-bocah cilik. Bahkan, menjelang tengah malam mereka memanggil dengan nada memelas, “Ibu… Ibu… Ibuuu…!”

 

Meskipun dengan hati yang terasa nyeri, tasbih manik-manik pemberian Syek itu saya lemparkan ke arah datangnya suara memilukan tersebut. Dalam hitungan detik, terdengar jerit kesakitan, lalu suara mereka hilang. Setelah beberapa kali kejadian serupa berlangsung,. Akhirnya suara anak-anak itu tak pernah muncul lagi.

 

Meski belum ada kata talak, namun sepertinya aku telah bercerai dengan Karbala. Hingga kini dia tak pernah datang lagi, meski saya masih tetap sendiri menapaki hari-hari yang kian tua. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

Paranormal Terbaik Indonesia

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.

Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)

NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)

NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)

WEBSITE: paranormal-indonesia.com/
(Selain web di atas = PALSU!)

NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)

ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)


Related posts

Kisah Kyai Pamungkas: TEROR HANTU KELAPA CUMPLUNG

Kyai Pamungkas

Kisah Kyai Pamungkas: MAHLUK PENGUSUNG KERANDA

Kyai Pamungkas

Kisah Mistis: KETIKA KRAKATAU CIPTAKAN KIAMAT DUNIA

Kyai Pamungkas
error: Content is protected !!