Ngaji Bareng Kyai Pamungkas

Ngaji: MENDAPAT SALAM DARI RASULULLAH

Ngaji: MENDAPAT SALAM DARI RASULULLAH

KEISTIMEWAAN YANG DIBERIKAN ALLAH KEPADA UWAIS ADALAH KARENA SIFATNYA YANG ZUHUD DAN SANGAT BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUANYA. KETIKA AYAHNYA MENINGGAL DUNIA, DIA MERAWAT IBUNYA DENGAN SEPENUH HATI…

 

SUATU KETIKA, Amirul Mukminin Umar Ibnul Khattab RA. menyeru di atas mimbar di Mina, “Wahai kabillah Qarni” Kemudian para pemukanya berdiri, dan menjawab, “Kami, wahai Amirul Mukminin!”

 

Umar RA. lalu bertanya, “Apakah dalam kabillah Qaran terdapat orang yang bernama Uwais?”

 

Seorang pemuka berkata, “Wahai Amirul Mukminin, di antara kami tidak ada lagi yang bernama Uwais, kecuali seorang gila yang suka bertempat tinggal di padang sahara dan belantara, tiada teman dan tiada orang yang mau mendekatinya.”

 

Umar RA. lalu menegaskan, “Itulah orang yang kumaksudkan, bila kamu pulang ke Qaran tolong carilah dia dan sampaikan salamku padanya. Kemudian katakan padanya bahwa Rasulullah SAW pernah memberikan kabar gembira kepada Umar tentang dirinya dan memerintahkan untuk menyampaikan salam Beliau padanya.”

 

Ketika kembali ke Qaran, kaum Qaran lalu mencari Uwais. Akhirnya mereka menjumpai Uwais di padang pasir, lalu menyampaikan salam dari Umar dan Rasulullah SAW. Dia pun berkata keheranan, “Amirul Mukminin menaenal namaku lalu disebarkannya pula?”

 

Kemudian dia berseru menjawab salam itu, “Assalamu ala Rasulillah wa afa alihi (salam buat Rasulullah dan keluarganya).” Kemudian dia pergi tanpa diketahui jejaknya hingga beberapa tahun lamanya.

 

Kemudian dia kembali pada masa Khalifah Ali RA. Dia menjadi seorang prajurit, bertempur bersama pasukan Ali di perang Shiffin dan terbunuh sebagai syahid di sana. Semua orang terpaku melihat mayatnya, ternyata sekujur tubuhnya terdapat lebih dari 40 luka sayatan, pukulan dan tikaman tombak serta mata anak panah.

 

Sementara itu, banyak kisah menawan lainnya tentang Uwais. Salah satunya seperti dicerirakan oleh Haram bin Hayyan seperti berikut ini:

 

Aku datang dari Kuffah, tanpa tujuan lain kecuali menemui Uwais Al-Oarni. Aku mencarinya dan bertanya-bertanya tentang dia, hingga aku menjumpainya ketika dia sedang duduk di tepi sungai Eufrat. Dia tengah mencuci kedua kaki dan tangannya. Dia mengenakan sarung dan selendang dari bulu domba.

 

Kulihat tanda-tanda kesedihan di sorot matanya yang tajam menakutkan, tubuhnya tambun, kulitnya sawo matang, jenggotnya tebal. Kuucapkan salam padanya, lalu dia menjawab salamku seraya berkata, “Semoga Allah menjadikanmu sebagai lelaki yang mulia.”

 

Lalu kuulurkan tangan kepadanya, tapi dia enggan berjabat tangan. Kukatakan pula padanya, “Semoga engkau juga dimuliakan Allah. Bagaimana keadaanmu wahai Uwais? Semoga Allah senantiasa merahmatimu?”

 

Tiba-tiba aku tak tahan melihat keadaannya, timbullah rasa cinta dan belas kasihan padanya. Lalu aku menangis, dan dia pun menangis seraya berkata, “Dan semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya padamu wahai Haram bin Hayyan, bagaimana pula keadaanmu Wahai saudaraku?”

 

Kemudian Uwais bertanya, “Siapa yang menunjukkanmu sehingga kamu mengetahui namaku?”

 

Dengan tegas kujawab, “Allah”.

 

Dia lalu berkata, “Tiada Tuhan selain Allah, Maha Suci Allah. Sesungguhnya janji Tuhan kami pasti terbukti.”

 

Aku merasa heran pula ketika dia memanggilku dan mengenali namaku. Padahal demi Allah, kami belum pernah saling bertemu sebelumnya. Lalu aku bertanya, “Darimana kau tahu namaku dan nama ayahku. Demi Allah aku belum pernah bertemu denganmu sebelum hari ini.”

 

Diapun menjawab, “Allah yang Maha Mengetahuinya lagi Maha Waspada yang memberitahuku. Ruhku mengenal ruhmu ketika kita saling berbicara. Sesungguhnya ruh itu memiliki jiwa sebagaimana jiwa orang yang hidup, dan sesungguhnya orang mukmin itu saling mengetahui satu dengan yang lain.

 

Mereka bercinta kasih dengan ruh Allah sekalipun mereka belum pernah bertemu. Dan mereka bisa berdialog sekalipun rumah mereka berjauhan.”

 

Kemudian aku meminta padanya, “Sampaikanlah kepadaku sebuah hadist dari Rasulullah SAW yang kau hafal.”

 

Diapun menjawab, “Sesungguhnya aku menjumpai masa Rasulullah SAW, tetapi aku tidak menjadi sahabat. Namun aku berteman dengan beberapa lelaki yang melihat Beliau dan menyampaikan hadis kepadaku sebagaimana aku menyampaikan sebagiannya kepadamu dan aku tidak ingin untuk membuka masalah ini.”

 

Lalu, aku meminta lagi kepadanya, “Bacakan ayat-ayat dari Kitabullah dan berilah wasiat padaku untuk kuhafal.

 

Dia lalu berdiri dan menggenggam tanganku seraya membaca, “A’udzu billahhi minassyaithannirrajim, bismillahhirrahmaann nirrahiim”

 

Kemudian dia menjerit histeris dan menangis, lalu berkata, “Tuhanku… perkataan yang paling benar adalah perkataan Tuhanku… paling benar dan paling baik… Allah berfirman, “Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dengan main-main. Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan hag, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. Sesungguhnya hari keputusan (kiamat) itu adalah waktu yang dijanjikan bagi mereka semuanya. Yaitu hari yang seorang karib sedikitpun tidak dapat memberikan manfaat kepada karibnya, dan mereka tidak akan mendapat pertolongan, kecuali orang yang diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mulia lagi Maha Belas Kasih” (Qs. Ad Dukhan 38).

 

Kemudian dia menjerit lagi, lalu diam. Aku memandanginya, dia seperti pingsan. Tibatiba, dia menarik nafas panjang, lalu bertutur, “Wahai Haram bin Hayyan, ayahmu telah meninggal dunia dan memberikan kabar baik bahwa engkau juga akan meninggal dunia, mungkin engkau ke surga atau sebaliknya, ke neraka.

 

Adam dan Hawa juga meninggal dunia, begitu pula Nabi Nuh, Ibrahim yang kekasih Allah, juga Musa yang pernah diajak bicara Allah. Wahai ibnu Hayyan saudaraku. Nabi Daud sebagai khalifah Allah juga meninggal dunia, juga Nabi Muhammad Rasulullah SAW, khalifah Abu Bakar, begitu pula sahabat dan tamuku Umar Ibnul Khattab”.

 

Lalu dia melanjutkan, “Wahai Umar, semoga Allah memberikan rahmat kepadamu. Karena saat itu Umar masih hidup, dia lalu kuingatkan, “Khalifah Umar belum meninggal dunia, wahai Uwais.

 

Dia lalu berkata, “Sesungguhnya Tuhanmu telah mengucapkan bela sungkawa padaku atas kematiannya bila kamu memahaminya. Sesungguhnya aku telah mengetahui apa yang kukatakan sementara aku dan engkau berada di desa ini.”

 

Saat itu juga, dia membaca shalawat pada Nabi SAW, dan membaca doa-doa dengan perlahan kemudian berkata, “Dan wasiatku, hendaklah engkau berpegang teguh kepada Kitabullah, dan berkumpul dengan orang-orang yang shaleh yang tersisa dari kaum muslimin.

 

Hendaklah kamu selalu mengingat Allah dan kematian. Jangan sampai hatimu melupakannya walau sekejap. Berilah nasehat kepada segenap pemeluk agamamu. Berhati-hatilah, jangan sekali-kali berpisah dari jamaah (persatuan muslimin) sehingga engkau akan berpisah dengan agamamu tanpa kau sadari, dan engkau akan masuk ke neraka.”

 

Setelah itu Uwais berkata, “Wahai Tuhanku, orang ini telah menyatakan bahwa dia mencintaiku karenaMu, dan mengunjungiku karenaMu. Ya Allah, tunjukkanlah padaku wajahnya di surga dan peliharalah dia di mana saja dia berada di dunia ini.

 

Jadikan dia rela dengan pemberian dunia yang sedikit, dan mudahkanlah urusan dunianya. Masukkan dia dalam barisan orangorang yang mensyukuri nikmatMu dan berilah balasan terbaik untuknya.

 

Aku titipkan diriku kepada Allah wahai Haram bin Hayyan, wassalamu ‘alaikum warahmatullah. Nah, setelah hari ini aku tidak akan melihatmu lagi, maka janganlah engkau mencari-cari aku. Ketahuilah, bahwa di antara engkau dan aku adalah satu hati, meski kita tidak saling melihat. Maka ingatlah aku dan doakan. Akupun akan menyebutmu dalam doa-doaku, Insya Allah.”

 

Akhirnya Uwais berpisah denganku dan aku pun menangis bersamanya. Aku memandanginya dari belakang, hingga dia menghilang dari penglihatan. Setelah itu, aku berulang kali mencari dan bertanya-tanya tentang dia, tapi tak seorangpun ada yang mendengar tentang keberadaannya.

 

SHALAT SEPANJANG HARI DAN MALAM

Ar-Rabi bin Khaitsam juga punya kisah tersendiri tentang Uwais Al Oarni. Berikut ringkasannya:

 

Aku datang ke tempat Uwais Al-Qarani. Kujumpai dia sedang duduk setelah melakukan shatat Subuh, Aku berkata, “Aku tidak akan mengganggumu membaca tasbih.”

 

Lalu, dia kembali di tempatnya, dan melakukan shalat hingga masuk waktu Dzuhur. Lalu menjalankan shalat lagi hingga bersambung shalat Ashar. Kemudian dia tetap dalam keadaan sedemikian ini hingga melaksanakan shalat Maghrib.

 

Aku bertanya dalam hati, “Dia pasti pulang untuk makan? Ternyata dia tetap di tempatnya hingga melakukan shalat Isya. Aku berkata lagi dalam hati, “Barangkali dia akan makan setelah shalat Isya.”

 

Namun ternyata dia tetap berada di tempatnya hingga melakukan shalat fajar. Lantas kedua matanya terpejam hingga tidur, lalu dia bangun. Saat itu aku mendengar dia berdoa, “Allahumma inni ‘audhu bika min’ainin nawwamatin wa bathin la yasyba. (Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari mata yang suka tidur dan perut yang tidak pernah kenyang).

 

Aku berkata dalam hati, “Cukuplah apa yang telah kulihat, lalu aku pulang.

 

Hasan Al-Basri kjuga berkisah: Suatu ketika, Rasulullah SAW bersabda, “Karena syafaat seorang lelaki dari umatku, akan masuk surga sejumlah besar manusia yang lebih banyak dari kabillah bani Rabi’ah dan Mudlar (yakni dalam jumlah yang sangat besar). Apakah periu kusebutkan nama lelaki itu kepadamu?’

 

Mereka berkata, “Sebutkan wahai Rasulullah!”

 

Rasul bersabda, “Dia adalah Uwais Al Qarani.” Kemudian bersabda lagi, “Wahai Umar, bila engkau kelak menjumpainya, maka sampaikan salamku padanya, dan bertutur katalah padanya hingga dia mau mendoakanmu. Ketahuilah, bahwa dia memiliki ciri penyakit kulit belang. Pernah dia berdo’a kepada Allah, hingga penyakit itu disembuhkanNya. Tapi kemudian dia berdoa lagi, lalu dikembalikan-Nya sebagai (sedikit) dari penyakit tersebut.”

 

Ketika masa Khalifah Umar, di musim haji, sang Khalifah berpesan kepada khalayak jamaah haji, “Hendaklah kalian semua duduk kecuali jamaah dari Qaran.”

 

Mereka semua duduk kecuali seorang lelaki, kemudian Umar memanggil orang tersebut dan menanyainya: “Apakah kamu mengenal seorang lelaki di antara masyarakatmu yang bernama Uwais?”

 

Lelaki itu berkata, “Apa yang engkau harapkan darinya. Dia hanyalah seorang lelaki yang tidak dikenal. Dia selalu menyendiri di tempat sunyi dan tidak pernah bergaul dengan orang banyak.”

 

Kemudian Umar berpesan, “Tolong sampaikan salamku padanya, katakan kepadanya agar dia datang menemuiku.:

 

Lelaki itupun segera menyampaikan surat Umar. Dan tak lama kemudian Uwais datang kepada Umar. Lalu Umar menanyainya, “Apakah engkau yang bernama Uwais?”

 

Dia menjawab, “Benar, wahai Amirul Mukminin!”

 

Umar berkata: “Apakah engkau punya penyakit belang, lalu engkau berdoa lagi hingga dikembalikan sebagiannya?”

 

Uwais menjawab, “Ya, benar. Siapakah yang memberitahumu? Demi Allah, penyakitku ini tak seorangpun mengetahuinya kecuali Allah.”

 

Umar lalu menjawab, “Rasulullah SAW yang memberitahukannya padaku dan memerintahkan aku agar engkau mau mendoakanku. Selain itu Beliau juga bersabda, “Karena syafaat seorang lelaki dari umatku, akan masuk surga sejumlah besar manusia yang lebih banyak dari bani Rabi’ah dan Mudlar. Kemudian Rasul SAW menyebut namamu!”

 

Perawi melanjutkan, “Kemudian Uwais mendoakan Umar, lalu berkata, “Harapanku padamu, wahaj Amirul Mukminin, hendaklah Tuan menyembunyikan hal ini dan mengijinkan aku untuk segera pergi:

 

Dalam kisah yang lain, setelah mendapat nasehat dari Uwais, Umar bermaksud memberikan hadiah uang dan pakaian kepada Uwais, tapi apa kata orang suci ini?

 

“Terimakasih Amirul Mukminin, saya tidak menolak tetapi tidak membutuhkan hadiah itu. Upah saya 4 dirham. Itu saja sudah berlebihan hingga sisanya kuserahkan kepada Ibuku. Aku hanya makan buah korma dan minum air putih dan belum pernah memakan-makanan yang dimasak.

 

Hidupku kurasakan tidak akan sampai kepada petang hari dan kalau petang hari aku tidak merasa akan sampai kepada pagi hari. hatiku selalu berdzikir kepadaNya dan amat kecewa kalau dzikirku itu putus, terinna kasih Tuan…”

 

Kemudian Umar pun mengijinkannya pergi entah kemana. Namanya telah dilupakan dan tidak seorangpun mengetahuinya hingga dia mati syahid diperang Nahawand atau ada pula yang menyebutnya di perang Shiffin.

 

Keistimewaan yang diberikan Allah kepada Uwais menurut beberapa sumber adalah karena sifatnya yang zuhud dan sangat berbakti kepada kedua orang tuanya. Ketika ayahnya meninggal dunia, dia merawat ibunya dengan sepenuh hati.

 

Pekerjaannya sehari-hari adalah menggembalakan kambing milik orang lain, upah dari pekerjaannya itu sebagian diberikan kepada fakir miskin, sebagian lagi dipergunakan untuk membeli makanan dam dengan tangannya sendiri dia menyuapi Ibunya yang sudah tua, dia merawat, menggendong dan membantu segala keperluan Ibunya hingga sang Ibu wafat. (Dari sumber terpilih). Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

Paranormal Terbaik Indonesia

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.

Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)

NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)

NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)

WEBSITE: paranormal-indonesia.com/
(Selain web di atas = PALSU!)

NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)

ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)


Related posts

Ngaji: SAYYIDAH ZAINAB, SRIKANDI KARBALA

Kyai Pamungkas

Ngaji Psikologi: MENURUNKAN BERKAH

Kyai Pamungkas

Ngaji Psikologi Bersama Kyai Pamungkas: JADILAH MANAGER BAGI REJEKI ANDA

Kyai Pamungkas
error: Content is protected !!