Cerita Featured Kisah Kyai Pamungkas Uncategorised Uncategorized

Kisah Kyai Pamungkas: MISTIS DISEPUTAR BUNG KARNO

Kisah Kyai Pamungkas: MISTIS DISEPUTAR BUNG KARNO 

SUNGGUH tidak berlebihan jika kita gambarkan sosok Bung Karno laksana sumber air yang tak pernah kering. Ratusan buku tentang dirinya telah diterbitkan. Mulai dari yang ringan berisi kisah-kisah hidupnya, masa muda dan kisah-kisah asmaranya, juga banyak kisah lain yang tak kalah menarik dari dirinya, hingga buku-buku karangan para ahli yang membahas pemikiran-pemikiran politiknya. Bahkan tak hanya itu. Di tengah-tengah masyarakat yang memujanya, banyak juga kisah-kisah mistis sekaitan dengan sepak terjang sosok “Penyambung Lidah Rakyat Indonesia” ini, yang terus saja beredar dari dulu hingga kini. Kisah-kisah tersebut seolah tak pernah surut, kendati sang Proklamator telah lama pergi meninggalkan kita. Kisah Berikut ini mungkin salah satunya. Sebuah kisah panjang yang sekali lagi, menghubung-hubungkan sosok Bung Karno dengan dunia penuh kegaiban. Barangkali karena itulah maka tak ada satu pun buku-buku sejarah yang mencatatnya. Sebuah kisah yang memang terlupakan, bahkan nyaris terkubur untuk selamanya.

 

Penulis sendiri mendapatkan kisah ini dari seorang pria dusun bernama Ujang Sulaeni, 55 tahun, yang dalam keseharian dikenal sebagai paranormal atau dukun kampung. Sekadar memberikan background, perkenalan penulis dengan Ujang berawal dari informasi seorang pembaca, yang menyebut dirinya amat mengenal Ujang. Sang pemberi informasi mengatakan bahwa sosok Ujang adalah seorang yang hingga kini masih menyimpan golek dan keris pusaka peninggalan Bung Karno.

 

Sesungguhnya, bukanlah hal yang terlalu aneh jika ada para pelaku dunia kebatinan yang mengaku-ngaku menyimpan benda pusaka milik Bung Karno. Sudah puluhan, atau bahkan mungkin ratusan orang yang menyebut dirinya sosok yang mewarisi pusaka milik Bung Karno, baik itu berupa keris, tongkat, batu permata, maupun pakaian atau aksesoris yang pernah menjadi milik Bung Karno. Meski sulit untuk membuktikannya, toh mereka yang menyebut dirinya sebagai sang pewaris pusaka Bung Karno itu amat yakin kalau benda-benda milik Bung Karno yang ada di tangan mereka menyimpan kekuatan gaib tertentu.

 

Demikian pula halnya dengan Ujang Sulaeni. Dia menyebut golek pusaka peninggalan Bung Karno itu sebagai sebuah benda yang hidup dan seakan-akan bernyawa. Demikian pula dengan keris pusaka yang ada di tangannya. Pusaka berhulu naga itu, walau tampak kusam tapi masih jelas menunjukkan kesangarannya. Mata sang naga terbuat dari butiran berlian. Sayangnya, sebelah mata berlian itu telah hilang.

 

“Dicongkel oleh Paman saya. Berlian itu dijualnya. Setelah itu dia hilang ingatan. Ya, entah bagaimana dia menjadi gila sampai sekarang ini,” papar Mang Ujang, mengenang peristiwa yang terjadi puluhan tahun silam.

 

Berlian memang punya nilai ekonomis yang amat tinggi. Itulah salah satu alasan mengapa Mang Ujang selama ini selalu menyimpan keris itu di tempat khusus, yang tidak seorang pun tahu di mana letaknya. Di samping. itu, dia juga merasa takut pada khodam yang mendiami keris tersebut jika sampai berpindah ke tangan orang yang tidak bertanggungjawab.

 

“Yang pasti, saya menyimpannya di sebuah wadah yang selalu saya kubur. Saya hanya akan mengambilnya setahun sekali, untuk memandikan dan memberinya sesaji,” ungkap Mang Ujang. Dia bersedia menunjukkan keris berhulu naga itu kepada penulis, meski wanti-wanti agar jangan memotretnya.

 

Yang menarik, Mang Ujang mengaku telah bebeberapa kali menolong orang dengan kekuatan karomah keris pusaka peninggalan Bung Karno. Terutama sekali untuk kepentingan Jabatan dan pengobatan penyakit berat.

 

“Saya memberikan air rendaman keris kepada mereka. Alhamdulillah, syareat yang saya berikan Ini memang berhasil,” katanya.

 

Almarhum ayah Mang Ujang, Bapak Sulaeni di masa revolusi adalah seorang prajurit yang dekat dengan Bung Karno. Sebagai pria kelahiran Banten yang memiliki pengetahuan seputar ilmu-ilmu mistis, prajurit berpangkat rendah bernama Sulaeni juga kerap diajak diskusi oleh Bung Karno, terutama sekaitan dengan ilmu-ilmu gaib yang memang amat digandrungi oleh sang pemimpin besar revolusi Itu. Mungkin karena itu pula Bung Karno berkenan memberikan salah satu keris koleksinya kepada Sulaeni.

 

“Almarhum Bapak saya amat menyayangi keris itu. Beliau bahkan nyaris membunuh adiknya sendiri ketika tahu kalau salah satu mata keris itu telah dicongkel dan dilual oleh adiknya, yang kemudian malah jadi gila setelah menjual berlian itu,” kenang Mang Ujang.

 

Sesuai dengan amanat almarhum ayahnya, Mang Ujang juga merawat keris itu dengan baik. Bahkan, sang ayah berpesan agar keris itu jangan diperlihatkan kepada sembarang orang, kecuali yang benar-benar telah dipercaya iktikad baiknya.

 

Khusus tentang golek peninggalan Bung Karno, Mang Ujang menyebutnya sebagai sebuah benda pusaka yang harus diberikan kepada “anak” Bung Karno. Entah yang dimaksud di sini apakah “anak biologis” ataukah “anak ideologis.” Yang pasti, untuk melaksanakan amanat ini, sudah dua kali Mang Ujang berusaha untuk menembus istana, guna menyerahkan golek tersebut kepada Megawati Soekarnoputri ketika dia masih menjabat sebagai Presiden RI.

 

Ceritanya, pada tahun 2004, disertai Pak Ujid dan almarhum ayahnya, Pak Sulaeni, Mang Ujang sudah bisa rnasuk ke lingkungan istana untuk menyerahkan golek pusaka itu. Tetapi mereka dihadapkan dengan protokoler kepresidenan, sehingga akhirnya gagal bertemu dengan Megawati.

 

“Selain itu mungkin kami ini tidak dianggap, karena kami memang orang gunung yang mungkin tidak pantas untuk ketemu langsung dengan presiden. Padahal, niat kami kan hanya ingin melaksanakan amanat Bung Karno. Kami tidak meminta imbalan apa-apa,” tutur Mang Ujang mengenang kejadian itu.

 

Sebelum memutuskan pergi ke istana, Mang Ujang memang telah mengingatkan ayahnya, juga Pak Ujid yang adalah teman seperjuangan ayahnya, agar tidak sekali-kali bermlmpi untuk bisa menyerahkan golek pusaka itu kepada Megawati. “Walau saya ini orang gunung, tapi saya paham bagaimana sulitnya untuk bisa bertemu dengan presiden, Apalagi untuk keperluan yang gaib-gaib semacam itu. Pasti tidak dianggap. Tapi, Bapak saya dan Pak Ujid tetap kekeh minta diantar. Katanya, golek itu harus sampai ke tangan Bu Mega agar dia kembali bisa terpilih sebagai presiden,” kisah Mang Ujang panjang lebar.

 

Seperti disinggung di muka, dua kali berusaha bertemu dengan presiden ternyata gagal. Di samping karena kendala protokoler, mungkin juga karena kehadiran mereka memang tidak dianggap apa-apa oleh orang-orang yang ketika itu berada dalam lingkaran istana.

 

“Bapak saya dan Pak Ujid mengaku mendapat wangsit dari Bung Karno untuk segera menyampaikan golek itu kepada Megawati. Mungkin karena golek pusaka itu gagal sampai ke tangan Ibu Mega, maka akhirnya dia juga gagal terpilih lagi sebagai presiden,” tambah Mang Ujang.

 

Uniknya, entah berhubungan atau tidak, setelah pilpres dan Megawati gagal terpilih kembali sebagai Presiden RI, selang seminggu setelah penghitungan suara, Bapak Sulaeni menghembuskan nafasnya. “Sepertinya Bapak telah merasa lega sebab telah berjuang melaksanakan wasiat Bung Karno, meskipun itu gagal,” cetus Mang Ujang sambil menarik nafas lega.

 

Lantas, bagaimana dengan Pak Ujid? Dan, siapakah sesungguhnya sosok kakek berusia 70-an tahun yang kini bermukim di sebuah desa terpencil di Kabupaten Bogor, Jawa Barat ini?

 

Ibarat sebuah film, Pak Ujid tak ubahnya adalah tokoh penting dalam jalinan kisah perjalanan golek pusaka Bung Kamo. Diceritakan, Pak Ujid yang semasa mudanya meniti kerir militer sebagai anggota mteleyen ini pernah menyimpan golek pusaka tu selama bertahun tahun di rumahnya. Karena dia kurang mengerti dengan masalah kebatman, seperti kawan seperjuangannya Pak Sulaeru, maka selama bertahun-tahun itu pula si golek menebar teror menakutkan di tengah-tengah keluarganya.

 

“Golek itu bisa hidup sendiri, terutama di malam malam keramat, seperti malam Jum’at Kliwon!” Ungkap Mang Ujang.

 

Seperti diceritakan Pak Ujid kepada Mang Ujang dan Bapaknya, hampir setiap malam Jum’at golek pusaka Bung Kamo yang dismpan dalam peti itu mengamuk. Suaranya berderak-derak, seolah minta dikeluarkan dani dalam peti.

 

Tak hanya itu, di malam-malam keramat yang lain, kadang-kadang golek itu sudah berada di atas meja dengan sendirinya. Kadang kala juga di atas lemari. Golek itu bergerak-gerak, seperti ada seorang dalang yang memainkannya.

 

“Keanehan itu berulang kali terjadi, ampat sampai anak dan isteri Pak Ujid sering dibuat ketakutan. Karena itulah Pak Ujid akhirnya menitipkan golek tersebut kepada almarhum Bapak saya, Pak Sulaeni, cerita Mang Ujang lebih lanjut.

 

Di tangan Pak Sulaeni, golek itu menjadi jinak, tak ubahnya seperti golek pada umumnya. Tapi hal ini bukan berarti tanpa lantaran. Untuk menjinakkan khodam si golek salah satu yang dilakukan oleh Pak Sulaeni adalah dengan melakukan riyadoh khusus berupa memberi kiriman doa dan surat Al Fatihah kepada dua orang almarhum yakni Bung Karno dan Pak Enceng, orang yang pertama kali menerima golek tersebut dari tangan Bung Karno. Di samping itu setiap tahun, tepatnya sebelum hari raya Idul Fitri, Pak Sulaeni juga selalu memberikan zakat fitrah yang diperuntukan bagi si golek.

 

“Suatu ketika, almarhum Bapak saya pernah lupa membayar zakat fitrah untuk golek Bung Karno. Apa yang terjadi? Malamnya golek itu mengamuk di dalam peti dan minta dikeluarkan. Bapak saya baru bisa menenangkannya setelah meminta maaf kepada Bung Karno dan Pak Enceng,” kisah Mang Ujang.

 

Lantaran hal tersebut, hingga kini Mang Ujang tak pernah melupakan kewajiban untuk memberi zakat fitrah khusus untuk golek tersebut. “Saya takut khodam golek itu akan mengamuk kalau saya sampai lalai membayar zakat fitrah untuknya,” tambah Mang Ujang.

 

 

Di TAHUN 50-AN, di daerah Pelabuhan Ratu, Sukabumi, hidup seorang paranormal yang amat terkenal. Si paranormal akrab disap sebagai Ajengan Enceng atau Pak Enceng.

 

Diceritakan, amat jarang orang tahu kalau sosok paranormal bernama Pak Enceng ini sesungguhnya adalah seorang sahabat dekat Bung Karno. Bahkan, sebelum pecah revolusi, tepatnya ketika Bung Karno tinggal di Bandung dan masih berstatus sebagai mahasiswa, dia sudah berhubungan dengan Pak Enceng. Hubungan tersebut terus berlanjut sampai Bung Karno akhirnya menjadi Presiden RI pertama.

 

Suatu malam, tanpa pengawalan resmi sebagai presiden, dan hal inilah yang kerap dilakukan saat dia mengunjungi sahabat dan ingin melihat rakyat secara lebih dekat, Bung Karno berkunjung ke kediaman Pak Enceng.

 

Kuat dugaan, kunjungan kala itu salah satunya adalah membicarakan kondisi Bung Karno yang kekuasaannya mulai dirongrong oleh banyak pihak. Sebagai bukti, pada kesempatan ini Bung Karno menitipkan golek bernama Shang Hyang Tunggal kepada Pak Enceng, seraya berpesan agar golek tersebut diberikan kepada anaknya bila kelak ada yang menjadi kepala negara.

 

“Menurut cerita almarhum Bapak saya, ketika memberikan golek itu kepada Pak Enceng, golek itu masih ada bungkusnya berupa permadani, atau semacam sajadah. Anehnya, permadani itu hilang dengan sendirinya sewaktu Bung Karno jatuh dari kursi kepresidenan. Jadi sekarang ini hanya tinggal goleknya saja,” tutur Mang Ujang memaparkan cerita yang pernah dibeberkan almarhum Pak Sulaeni.

 

Dikisahkan pula, pada kunjungan tidak resmi tersebut Bung Karno juga sempat memberikan nama baru kepada salah seorang putra Pak Enceng yang ketika itu masih berusia 5 tahun.

 

“Semula putra Pak Enceng itu namanya Endi. Sambil menimangnya Bung Karno lalu berpesan agar anak itu diberi nama Sukmalarang,” tambah Mang Ujang.

 

Sepeninggal Pak Enceng, golek pusaka Bung Karno tersebut akhirnya dirawat oleh Endi alias Sukmalarang. Sayangnya, karena tak kuat melakukan ritual ilmu gaib tertentu, Sukmalarang akhirnya hilang kesadaran. Anehnya, sebelum berubah menjadi seorang yang kurang waras, Sukmalarang terlebih dahulu menitipkan golek Shang Hyang Tungga itu kepada Pak Ujid. Namun dengan satu catatan agar Pak Ujid sedapat mungkin bisa menyampaikan golek tersebut kepada salah seorang anak Bung Karno yang kelak akan menjadi pemimpin negara.

 

“Ketika itu Ibu Mega belum ada apa-apanya. Tapi Sukmalarang sepertinya telah menerima wangsit dari Bung Karno kalau nanti akan ada anaknya yang akan tampil sebagai kepala negara. Makanya, sebelum kesadarannya hilang Sukmalarang menitipkan golek itu kepada Pak Ujid,” papar Mang Ujang lagi.

 

Pak Ujid menerima golek tersebut dari tangan Sukmalarang. Namun, seperti diceritakan di muka, selama berada di tangan Pak Ujid si golek kerap berulah aneh, sehingga Pak Ujid dan keluarganya merasa terteror. Dengan alasan itu, golek Shang Hyang Tunggal akhirnya dititipkan kepada Pak Sulaeni.

 

Di atas juga telah diceritakan bahwa pada tahun 2004, tepatnya menjelang pemilihan presiden, Pak Suleni dan Pak Ujid, dengan didampingi oleh Mang Ujang, dua kali berusaha menyampaikan golek tersebut kepada Megawati yang ketika itu masih menjabat sebagai Presiden RI. Sayangnya, usaha ini tidak berhasil.

 

Selepas kegagalan tersebut, golek Shang Hyang Tunggal lambat laun nampak kian “murung” Cat pada wajahnya yang semula terang berubah kian kusam. Tak hanya itu, hiasan berupa manik-manik keemasan pada pakaiannya juga berguguran satu demi satu. Anehnya, hanya pada bagian sebelah kanan dada. Walau, sementara manik-manik sebelah kiri masih utuh seluruhnya, tetapi, manik-manik pada dada sebelah kanan itu telah berguguran seluruhnya.

 

“Kenyataan tersebut sebagai pertanda bahwa negeri ini akan terus dilanda gonjangganjing. Gugurnya hiasan manik-manik pada golek Shang Hyang Tunggal itu seakan-akan merupakan pertanda gugurnya hal-hal indah di negeri ini. Ya, kita semua tentu tahu bagaimana bencana demi bencana melanda negeri ini. Semua itu seakan-akan telah menghilangkan keindahan yang selama ini kita miliki,” papaj Mang Ujang dalam Bahasa Sunda totok.

 

Mengapa yang berguguran manik-manik di sebelah kanan? Konon, hal ini juga merupakan pertanda bahwa Indonesia mulai cenderung dikuasai “kekuatan kiri” yang tidak berpihak kepada rakyat. Banyak politisi berwajah seperti malaikat. Mereka menebar janji-janj! manis. Tetapi sesungguhnya hati mereka sejahat iblis Dengan kekuasaan mereka menghisap rakyat, demi memperkaya diri dan golongannya, juga untuk melanggengkan kekuasaan itu sendiri. Mungkin, hal ini juga berarti bahwa jatidiri bangsa memang tengah mengalami erosi.

 

SETELAH GAGAL BERPINDAH TANGAN kepada Megawati Soekarnoputri, golek Shang Hyang Tunggal pusaka Bung Karno kini berada di tangan Mang Ujang, yang telah mendapatkannya dari tangan almarhum Pak Sulaeni, ayahnya. Mang Ujang sendiri tidak tahu lagi harus dikemanakan golek tersebut.

 

“Yang pasti saya tetap berkewajiban untuk terus merawatnya. Salah satunya, setiap tahun saya harus memberinya zakat fitrah,” kata pria lugu itu.

 

Apakah mungkin golek tersebut akan jatuh ke tangan anak Bung Karno yang lain, yang bisa saja bukan anak dalam pengertian biologis, tapi anak dalam pengertian ideologis, yang kelak akan tampil sebagai pemimpin bangsa?

 

“Saya tidak mengerti politik. Yang saya mengerti hanyalah bahasa gaib. Kalau ada wangsit, saya pasti akan menyerahkan golek tersebut kepada siapapun,” tandas Mang Ujang.

 

Dunia gaib selalu saja menyimpan sisi-sisi yang tidak mudah diterjemahkan secara hitam putih. Selalu ada bagian yang samar-samar, yang melahirkan berbagai bentuk penafsiran. Demikian pula intisari dari kisah ini. Kita tentu tidak bijak jika langsung mempercayai hal ini sebagai sebuah kebenaran mutlak.

 

Lepas dari kebenaran yang masih perlu diperdebatkan, yang pasti sisi-sisi kehidupan Bung Karno selalu saja menarik untuk kita simak dan ikuti, sekaligus pula untuk dikritisi. Bahkan, seorang lawan politiknya seperti Willard A. Hanna, yang pernah menjadi direktur USIS (United States Informatin Services) di Jakarta, menyebut Bung Karno sebagai politisi tanpa identitas dan prinsip, yang berpadu dalam dirinya nabi dan playboy, setengah dewa dan pemimpin rakyat, tukang sulap dan tukang obat. Tetapi orang Arab menamakannya Ra’is (kepala/pemimpin), dan orang Mesir di jalan-jalan menyebutnya sebagai Al-Hakim (yang bijaksana).

 

Begitu istimewanya Presiden pertama RI ini, sehingga bintang film legendaries dunia Marlyn Monroe, rela membatalkan shownya di New York City hanya untuk bertemu dengan sang flamboyan yang akrab disapa Bung Karno sekalipun dia bukan termasuk tamu yang diundangnya.

 

Apakah Anda masih menyimpan kisah menarik tentang Bung Karno? Silakan berbagai dengan kami. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

Paranormal Terbaik Indonesia

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.

Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)

NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)

NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)

WEBSITE: paranormal-indonesia.com/
(Selain web di atas = PALSU!)

NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)

ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)


Related posts

Kisah Mistis: Kesurupan di Makam Ki Tunggul Wulung

paranormal

Layanan Kyai Pamungkas: SELAMAT DARI BENCANA DAN KETEMU JODOH ORANG SUKSES

Kyai Pamungkas

Ngaji Psikologi Bersama Kyai Pamungkas: Jadilah Orang yang Bangun Paling Pagi

Kyai Pamungkas
error: Content is protected !!