Kisah Kyai Pamungkas: HANTU GADIS KORBAN GANTUNG DIRI
Setelah ditinggal mati suaminya, Syarifah Novita terpaksa mengontrak rumah. Bersama tiga anaknya yang masih kecil, janda ini menyewa sebuah rumah besar dengan harga murah milik Burhan di Poncol Tirtayasa. Di luar dugaan, rumah yang ditempati ternyata sangat angker dan menakutkan. Rumah itu jadi tempat Citraningrum, gadis cantik anak pemilik rumah, yang gantung diri dan mati dalam keadaan hamil tiga bulan. Arwahnya bergentayangan di situ. Lalu…
Tubuhku gemetar setelah mendengar suara tawa perempuan di samping rumahku. Tawa renyah itu kuyakini sebagai suara hantu, arwah gadis malang yang bunuh diri pada tanggal 18 Maret 2008.
Nyonya Yohanes, tetangga baruku, beberapa hari lalu mengingatkan hal hantu itu tatkala kami menempati rumah kontrakan itu Kata Bu Yohanes, anak gadis pemilik rumah, Citraningrum, pada saat masih hidup berpacaran dengan Adrian, seorang pengusaha muda bidang properti. Pemuda itu sangat dicintai Citraningrum. Bahkan mereka berencana menikah. Tapi sebelum sempat ke pelaminan, Adrian menikah dengan wanita lain. Bahkan, saat Citraningrum mempersoalkan hal itu pada Adrian, laki-laki itu malah memutuskan Citraningrum.
Citraningrum sangat terpukul dan malu sekali. Yang lebih menyakitkan, Adrian meninggalkan Citraningrum dalam keadaan hamil. Benih di perutnya, saat itu berumur tiga bulan. Karena satupun dokter yang bersedia menggugurkan, maka Citrapun jadi putus asa. Dengan selembar kain peninggalan almarhumah ibunya, Citraningrum pun gantung diri di pohon beringin di belakang rumahnya. Tanggal 18 Maret 2008 pukul 09.00, Citraningrum ditemukan tergantung tak bernyawa dengan lidah menjulur dan darah yang mengucur dari dalam perutnya.
Sayang, kisah mengerikan Citraningrum itu baru belakangan aku dengar. Sebab bila jauh hari aku tahu, pastilah aku menolak untuk menempati rumah itu. Apalagi sampai kontrak panjang selama lima tahun. Pak Burhan, ayah Citraningrum, memang sudah mencurigakanku. Sebab harga kontrak rumah itu jauh di bawah pasaran. Idealnya, rumah ki dikontrak senilai Rp. 30 juta selama lima tahun. Tapi kubayarkan hanya Rp. 10 juta.
“Mengingat Ibu seorang janda beranak tiga, sebagai manusia, saya ikut prihatin dan bisa membantu mengurangi harga Kontrakan yang umum!” bujuk Pak Burhan, Saat kupertanyakan kenapa rumah itu dikontrakkan di bawah standar.
Alkisah, Cerita Bu Yohanes, Pak Burhan memang pernah diganggu oleh arwah anaknya itu. ️Karena matinya gantung diri, maka arwah Si Anak jadi arwah penasaran dan berulang kali maujud dan membuat keluarga Burhar terganggu.
Karena punya rumah di beberapa daerah di Jakarta, maka Burhan meninggalkan rumah itu dan mukim di Sawangan, Bogor, rumahnya yang lain. Sedangkan rumahnya di Poncol Tirtayasa itu, diiklankan dan aku datang mengontraknya. Mulanya minta Rp 30 juta untuk lima tahun, tapi karena aku hanya punya uang Rp 10 juta, aku minta tiga tahun saja sama Pak Burhan. Tapi setelah kuakui bahwa aku janda beranak tiga yang masih kecil-kecil, Pak Burhan pur mengaku iba lalu memperbolehkan aku bayar Rp 10 juta untuk lima tahun.
“Pak Burhan sih memang asal pergi saja dari rumah itu, sebab sebelumnya ditawarkan untuk dijual tapi tidak ada yang mau beli, dia pun lantas putus asa dan mengontrakkannya,” kata Bu Yohanes.
Memang, sebelum aku pindah ke situ, banyak bertemu tetangga kanan kiri, tapi semuanya tidak menyinggung soal arwah penasaran itu. Mungkin mereka tidak mau membuat aku terteror oleh kasus bunuh diri itu. Tapi Bu Yohanes sifatnya lain. Dengan mulut yang mengalir deras, dia ceritakan secara terus terang kasus yang menakutkanku itu. Bahkan Mbak Nanik, tetangga pojok jalan, marah kepada Bu Yohanes. Dia tidak senang hati Bu Yohanes menceritakan hal aib keluarga Burhan itu. Persoalannya bukan saja mencoreng muka Pak Burhan, tapi juga jadi provokasi yang menakutkan bagi aku dan tiga anakku yang masih kecil.
Tanggal 19 Malam adalah hari yang penuh neraka bagiku. Di saat badanku pegal karena seharian mengecat dan berbenah, suara cekikikan itu terdengar. Lamat-lamat aku memasang kuping berjinjit menuju sumber suara, Benar saja, suara tawa itu adalah suara perempuan dari atas pohon beringin di samping kamar belakang. Dengan diam-diam aku membangunkan Inah minta bantuannya menemaniku. Dalam keadaan setengah sadar Inah mengikutiku ke kamar belakang, ke arah tempat sumber suara. Inah mengucek-ucek matanya dan bergelayut di tangan kiriku.
“Ibu, saya mendengar suara perempuan yang cekikan di sana!” tunjuk Inah, kearah kamar belakang yang kosong. Vita, Herni dan Oki ketiga anakku menempati kamar depan, kamar yang berseberangan dengan kamar tidurku. Sementara Inah, di kamar tengah. Kami memakai tiga kamar dari 8 kamar tidur yang ada.
Suara tawa itu makin lama makin keras. Walau jantungku berdetak hebat karena takut, tapi aku penasaran juga untuk melihat sosok itu. Ada rasa ingin tahu, seperti apa sih hantu dari manusia yang bunuh diri itu? Tanyaku, dalam hati. Inah makin lama makin mengkeret ketakutan, jantungnya berdebar hebat dan tubuhnya menggigi dingin karena cemas. “Ibu, sebaiknya kita panggil Pak RT saja Bu, kita minta tolong warga untuk mengusir suara itu!” pinta Inah.
Dengan lagak seorang jagoan, aku menolak permintaan Inah itu. Kukatakan pada Inah, bahwa kenapa kita manusia yang sempurna ini selalu takut pada hantu. Apalagi hantu itu perwujudan dari manusia yang sudah mati. Citraningrum yang gantung diri karena patah hati. Belum sempat saya habis bicara pada Inah, tiba-tiba suara cekikikan perempuan terhenti. Lalu yang muncul adalah suara tangis bayi yang mengeak-ngeak seperti baru lahir.
“Inah, kamu mendengar suara tangisan bayi tidak?” bisikku.
“Iya Bu, ada suara bayi menangis Bu. Bayi siapa itu ya?” tanya Inah.
Karena ada suara tangis bayi, naluri keibuanku muncul seketika. Naluri untuk menyelamatkan bayi itu bahkan mengalahkan rasa takutku kepada hantu.
“Kasihan bayi itu. Bayi itu pastilah bayi sungguhan, saya yakin dia masih hidup dan dia ada di belakang rumah kita!” kataku pada Inah.
“Iya Bu, kita ambil saja bayi itu Bu, kita besarkan dia. Pastilah dia bayi yang dibuang oleh ibu yang tidak betanggungjawab!” oceh Inah.
Dengan hati gundah gulana, aku mendekati jendela kamar belakang. Jendela tersebut berhubungan dengan pohon beringin tempat sumber suara bayi dan suara cekikikan tadi. Dengan hati-hati dan perlahan, aku membuka jendela. Begitu jendela terbuka, jantungku serasa mau copot. Di bawah pohon beringin rimbun itu, aku melihat dengan jelas wanita berambut panjang, berbaju putih terusan dan menyusui bayi yang menangis. Mata wanita itu langsung ke arah mataku secara frontal. Jantungku berdetak kencang dan sekujur tubuhku merinding karena takut.
Pada saat aku menoleh ke belakang, Inah terjatuh dan pingsan. Inah tak sadarkan diri dengan wajah penuh peluh. Dia kesurupan lalu mengigau tanpa henti. Aku lalu berteriak sekeras-kerasnya minta pertolongan tetangga. Tapi sayang, suaraku tidak terdengar oleh seorangpun dan aku tetap tegak tanpa daya di depan wanita berambut panjang itu. Si Bayi beberapa saat kemudian terdiam dan menyusu pada ibunya. Beberapa menit kemudian, wanita dan bayi itu beranjak meninggalkan pohon beringin. Dalam hitungan detik, sosok itu menghilang bagai ditelan angin, ke arah selatan menuju tanah kosong milik Haji Kamal, raja tanah daerah setempat.
Inah terus mengoceh. Suaranya menjadi berubah dan bersuara seperti perempuan lain. Inah bilang bahwa dialah Citraningrum, putri Burhan yang meninggal karena gantung diri di pohon beringin. Anak bayi nya adalah anak ambar, anak yang akan selalu datang walau tidak terlihat. Citraningrum melalui mulut Inah minta arwahnya disempurnakan, demikian juga bayinya yang minta diberi nama Adriani. Mereka minta dikirim doa, surat-surat suci untuk penyempurnaan itu. Citraningrum juga minta ditahlilkan olehku dan minta makamnya ditanami kembang.
Setelah Inah siuman, aku segera mendatangi rumah Pak RT. Bersama warga sekampung, kami membuat tahlilan di rumah karni dan menanam kembang beramai-ramai di makam Citraningrum, sekitar 500 meter di belakang rumah kami, di tanah Haji Kamal, saudara misan Burhan. Sesampainya di makam, jantungku berdetak kencang, sebab di makam itu aku mendengar suara cekikan lagi seperti pernah kualami. Setelah itu aku mendengar suara tangis bayi, persis suara yang juga kudengar di pohon beringin. Tapi anehnya, hanya aku yang dengar suara itu, orang lain, tak satupun yang bisa dengar, termasuk Inah. Sementara itu, di bagian kepala makam, aku melihat setangkai mawar putih yang tumbuh. Subur dengan dua bunga yang wangi. Bunga itu kata tetangga lain, tak pernah ada sebelumnya.
Malam harinya kami tak mendengar lagi suara-suara aneh. Begitu juga dengan suara Citraningrum dan bayinya. Tapi disepanjang rumah kami, menebar harum wewangian mawar putih yang menyengat hidung. Sedap sekali rasanya. Dengan wewangian itu, kuyakini hal itu sebagai pertanda, bahwa arwah Citraningrum dan bayinya sudah disempurnakan. Aku yakin Allah telah menerima mereka dan hidup layak di sisi Tuhan Yang Maha Esa. Mudah-mudahan firasatku itu benar dan Citraningrum hidup berbahagaia bersama anak kandungnya yang tak berdosa itu. Aamiin.
(Cerita ini terjadi pada Syarifah Novita, sebutlah begitu, untuk penulis). Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: paranormal-indonesia.com/
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)