Kisah Kyai Pamungkas

Petualangan Astral: STONEHENGE, MONUMEN BATU TUA MISTERIUS

Petualangan Astral: STONEHENGE, MONUMEN BATU TUA MISTERIUS

Monumen batu yang disusun membentuk lingkaran sempurna dengan berat rata-rata 25 ton setiap batunya berhasil menarik perhatianku. Stonehenge. Inilah yang menjadi lokasi perjalananku yang selanjutnya. Mencoba untuk menguak rahasia yang tersimpan rapi di dalamnya.

 

Stonehenge terletak di Amesbury, Wiltshire, Inggris. Dulu, susunan batu ini sempat dilelang dan dimenangkan oleh Cecil Chubb untuk dimiliki secara pribadi. Namun setelah memilikinya selama 3 tahun, akhirnya ia menyerahkan Stonehenge kepada pemerintahan Inggris.

 

Saat ini, Stonehenge menjadi tujuan wisata dunia. Meskipun kurasa tak ada yang menarik di sana selain menjadikannya sebagai latar belakang untuk berfoto bersama. Mungkin ada dari sebagian turis yang merasa kecewa saat mengunjunginya secara langsung, karena tak sesuai dengan ekspektasi mereka selama ini.

 

Terdapat banyak mitos yang meliputi monumen batu yang satu ini. Mulai dari portal dimensi hingga tempat persembahan atau ritual sekte-sekte tertentu. Aku sendiri tak terlalu banyak mendengar rumor tentang Stonehenge. Selama ini aku hanya tahu fotonya yang tersebar di internet. Tak lebih dari itu!

 

Lantas apa yang membuatku ingin mengunjungi Stonehenge? Aku ingin mengetahui siapa dan apa kegunaan monumen batu ini. Para peneliti belum memiliki jawaban pasti untuk menjawab dua pertanyaan tadi. Terdapat hasil penelitian bahwa Stonehenge dijadikan sebagai kalender untuk mengetahui waktu dan pergantian musim.

 

Karena untuk perjalanan kali ini referensiku teramat sangat sedikit, maka yang kupilih untuk menemaniku menuju Stonehenge adalah Krieva dan Mynthalla. Krieva memiliki kelebihan untuk merangkum data, serta memiliki portal portabel yang bisa diakses kapan saja dan di mana saja.

 

Sementara Mynthalla memang seorang penjelajah. Sehingga dia tidak akan merasa canggung meskipun datang ke tempat yang belum pernah ia kunjungi sebelumnya. Ditambah lagi dia pandai beradaptasi dengan lingkungan sekitar.

 

Kami mencoba untuk astralling mendatangi Stonehenge secara real time. Ya, seperti yang kuduga, bagiku tak ada yang menarik jika hanya melihat tampilan luarnya. Terlebih sebagian strukturnya sudah hilang atau tak lagi berada di tempatnya semula.

 

Krieva mencoba meneliti frekuensi Stonehenge dan mencari “benang merah” untuk menguak asal-usul siapa yang sebenarnya membuat monumen batu ini. Hingga Krieva pun mendapatkan satu jalur yang mengarah ke sebuah galaksi di luar galaksi bima sakti.

 

“Aku menemukan kalau tempat ini memiliki hubungan dengan galaksi Andromeda,” ujar Krieva. “Andromeda?” Aku mengulang nama galaksi tersebut untuk memastikan bahwa aku tak salah dengar. “Jadi artinya selanjutnya kita akan ke galaksi Andromeda, begitu?” tanya Mynthalla.

 

“Sudah jelas, bukan?!” Aku tersenyum. Sepertinya ini akan jadi perjalanan terjauhku selama ini. Jaraknya dengan Bima Sakti (Milky Way) adalah 2,5 juta tahun cahaya. Artinya dengan

 

kecepatan cahaya, kita baru bisa sampai ke galaksi Andromeda 2,5 juta tahun kemudian. Ukurannya pun dua kali lebih besar dari galaksi yang saat ini kita tempati. Sungguh amat sangat besar!

 

Krieva pun mengatur tablet yang ia selalu bawa saat bepergian dan mengatur titik koordinat menuju ke galaksi Andromeda. Ia melakukannya agar portal ruang-waktu bisa tepat membawa kami ke tempat yang dituju. Akan sangat merepotkan jika kami tersesat di semesta yang begitu luas ini bukan?

 

Pernah ada seseorang yang bertanya kepadaku mengenai fungsi portal yang dimiliki Krieva. Bukankah saat melakukan perjalanan astral, kita bisa saja langsung melakukan teleportasi untuk berpindah tempat? Mengapa kami masih membutuhkan portal ruang-waktu?

 

Sederhana saja jawabannya. Kami menggunakan portal ruang-waktu untuk mengunjungi tempat yang belum pernah kami kunjungi sebelumnya. Sementara untuk tempat yang sudah beberapa kali kami kunjungi, kami bisa langsung melakukan teleportasi. Namun, selama ini meski mengunjungi tempat yang sudah berulangkali dikunjungi pun, kami tetap menggunakan portal.

 

Sependek sepengamatanku, menggunakan portal akan lebih aman dari distraksi apa pun yang menghalangi perjalanan kami, dibandingkan langsung melakukan teleportasi. Selain itu, tujuan tempat yang kami tuju pun bisa kami kunci frekuensinya sehingga selama ini kami tidak pernah tersesat ke tempat yang tak seharusnya kami tuju.

 

Krieva membukakan portal ruang-waktu untuk kami berpindah dari Stonehenge ke galaksi Andromeda. Kami pun berpindah melihat galaksi Andromeda yang begitu indah dari kejauhan. Konon, para ahli astronomi memprediksikan ada triliunan bintang yang ada di galaksi Andromeda ini.

 

Krieva kembali memeriksa tabletnya untuk mengetahui jalur yang terhubung ke Stonehenge. Hingga kami pun tiba di sebuah planet yang disebut Hotkan-Gadarh. Nama yang pastinya akan sulit diingat, bukan?

 

Planet ini benar-benar planet air dengan warna dominan putih-biru. Airnya biru jika dilihat dari kejauhan. Mirip ketika melihat daerah perairan atau samudera di bumi dari luar angkasa.

 

Karena tak ada dataran yang bisa kami injak, kami pun memasuki salah satu wilayah perairan planet itu. Tak lama kemudian, kami dikepung oleh beberapa entitas yang bentuknya seperti ikan hiu namun humanoid. Ilustrasi yang paling bisa menggambarkan mereka adalah bentuk shark alien atau amphibi alien yang banyak tersebar di internet.

 

Rasa-rasanya aku tak pernah menemukan jenis alien dengan bentuk hiu dalam buku “The Extraterrestrial Species Almanac” karya Craig Campobasso. Ini jadi pertama kalinya aku menemukan ras dengan bentuk seperti mereka.

 

Meskipun kami bertiga dikepung oleh entitas yang baru kami lihat ini, kami tidak merasakan ketakutan. Justru kami menangkap sinyal perasaan takut di pihak mereka. Maka, kami bertindak santai saja. Kami hanya berniat berkunjung dan mencari informasi saja. Bukan mencari musuh.

 

“Kami berasal dari galaksi tetangga kalian. Galaksi Bima Sakti. Tepatnya dari planet Bumi. Aku yakin kalian mengenal planet kami,” kataku kepada sekelompok entitas yang mengepung kami.

 

Mereka saling memandang ke arah kawanan mereka. Seperti bingung dengan yang aku ucapkan. Padahal aku mengajak mereka berdialog dengan telepati.

 

“Begini saja, mungkin kalian bingung atau takut dengan kami, Jadi tolong antarkan kami saja ke tempat pemimpin kalian.”

 

Mereka tak menjawab sepatah kata pun. Namun setelah aku mengatakannya, mereka bergerak dan mengarahkan kami ke laut yang lebih dalam. Aku meradar, kedalaman yang kami lalui setidaknya berada di 2.864 meter dari permukaan laut.

 

Menariknya jika kita menyelam di Bumi, semakin dalam menyelam, cahaya akan semakin sedikit. Di planet ini tidak demikian. Aku masih bisa melihat sekeliling meskipun berada ribuan meter dari permukaan laut. Airnya mampu mengeluarkan cahaya sendiri. Menakjubkan!

 

Di depan kami terdapat suatu distrik yang diliputi oleh sebuah kubah transparan pelindung. Kami memasuki distrik tersebut dan menemui entitas yang masih sejenis dengan yang mengantarkan kami, hanya saja ukurannya berkali-kali lipat lebih besar. Beruntung kami bisa berkomunikasi dengannya.

 

“Langsung saja ke intinya. Kedatangan kami ke sini untuk mengetahui siapa yang membangun Stonehenge di planet Bumi. Beserta dengan kegunaannya yang utama.” Aku mempersiapkan diri untuk mendapatkan jawaban.

 

“Sebenarnya bukan kami yang membuatnya,” ungkapnya. Sontak saja dahiku mengernyit. Bagaimana mungkin bukan mereka yang membuat, sementara jelas-jelas energi mereka tertinggal di Stonehenge. Bukankah kami bisa sampai ke planet Hotkan-Gadarh karena memang melacak sisa energi mereka di sana? “Lantas siapa?” Aku tak sabar menunggu penjelasannya. “Manusia yang kalian sebut di planet kalian sebagai Andromedan. Mereka adalah ras yang paling maju untuk melakukan perjalanan antar bintang di galaksi kami. Hingga suatu waktu, kami ditawari untuk melakukan perjalanan ke tempat kalian melalui portal penghubung.” “Portal penghubung? Stonehenge maksudmu?” “Ya. Kami pun di sini memiliki struktur yang hampir sama dengan yang ada di planet kalian.”

 

Visualku menangkap susunan batu mirip Stonehenge di planet Hotkan-Gadarh, hanya saja ukurannya lebih besar. Artinya, kedua monumen -baik yang ada di Bumi maupun di Hotkan-Gadarhharus sama-sama dalam keadaan aktif saat akan digunakan sebagai media teleportasi.

 

“Kalian adalah makhluk yang hidup di air. Bagaimana bisa kalian bisa mengunjungi Bumi lewat Stonehenge yang berada di daratan?” tanyaku penasaran.

 

“Dulu di sana masih berupa lautan. Jadi kami tidak kesulitan untuk dapat hidup di sana, meski perlu ada sedikit penyesuaian,” jawabnya.

 

Ia pun melanjutkan penjelasannya, “Batu-batu lebih mudah diangkut di dalam air untuk disusun daripada di darat. Kami pun menggunakan alat yang mampu mengurangi massa benda dalam sementara waktu.”

 

Wah, aku terkejut mengetahui kalau dulu daerah Wiltshire berupa lautan. Mungkin itu juga alasan mengapa di sekitar Stonehenge hanya ada bebatuan dan datarannya sekarang berupa padang rumput.

 

“Lantas mengapa tak ada peninggalan yang kalian tinggalkan di Bumi selain Stonehenge? Kami saja baru mengetahui planet ini dengan melacak frekuensi dan sisa energi yang tertinggal di sana,” kataku.

 

“Kami hanya tinggal di Bumi dalam waktu yang amat singkat. Satu per satu bangsa Atlantis menangkap kami. Jumlah kami menjadi semakin sedikit waktu itu. Karena keberadaan kami di sana akan membahayakan nyawa kami sendiri, maka kami pun memutuskan untuk kembali ke planet ini dan tak ingin pernah kembali ke sana,” paparnya.

 

Krieva sebelumnya memprediksikan bahwa Stonehenge ini dibuat kurang lebih di tahun 14.500 SM. Jauh lebih tua dari pengujian radiokarbon yang menunjukkan angka 2.400 SM hingga 2.200 SM.

 

“Kalian ingin tahu, kapan sebenarnya susunan batu itu dibuat di planet kalian?” Tiba-tiba saja ia menawarkan sebuah informasi yang penting. Aku pun mengangguk.

 

“14.728 SM.”

 

Sebuah angka yang tak terlampau jauh dari yang sudah Krieva prediksikan. Fungsi lain dari Stonehenge itu adalah sebagai penanda. Mirip seperti fitur bookmark yang ada di sebuah browser. Kita tinggal klik satu kali untuk bisa menuju ke laman yang kita pernah kunjungi sebelumnya. Tanpa harus mencari ulang.

 

Merasa tak ada lagi yang perlu kami gali, kami pun memutuskan untuk kembali ke Bumi. Berulang kali aku bertanya pada Krieva, mengenai tahun didirikannya Stonehenge. Ia mengonfirmasi bahwa aku tak salah dengar.

 

“Tapi kenapa para peneliti hanya mendapat angka 2.400 SM?” tanyaku pada Krieva. Selama ini pengujian radiokarbon menurutku cukup akurat untuk mengetahui usia batuan atau fosil.

 

“Mereka tak menyadari bahwa dulu Wiltshire adalah laut. Garam pada air laut akan membuat batu lebih awet dari gerusan zaman. Begitu juga topografi dunia selalu berubah. Tanah pun selalu bergerak. Bagian lapisan tanah yang awal tertimbun dengan tanah yang lain. Dan terus seperti itu.”

 

Sepertinya aku paham yang Krieva jelaskan tersebut. Kemudian aku tergelitik untuk mengetahui ketinggian Stonehenge dari permukaan air laut. Aku mengakses situs mapcoordinates.net. Rupanya ketinggiannya saat ini hanya 99 meter dari permukaan laut. Sudah bisa tebak artinya, kan?

Paranormal Terbaik Indonesia

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.

Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)

NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)

NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)

WEBSITE: paranormal-indonesia.com/
(Selain web di atas = PALSU!)

NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)

ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)


Related posts

Panggonan Wingit: PUSER BUMI, GERBANG MASUK ALAM GAIB

Kyai Pamungkas

Panggonan Wingit: RITUAL MENGUSIR JIN PENGHUNI PEMANDIAN TASNAN BONDOWOSO

Kyai Pamungkas

Kisah Mistis: PENGHUNI GAIB DAGO PAKAR

Kyai Pamungkas
error: Content is protected !!